Peringati Hari Pahlawan, Unair Bedah Buku Perjuangan TRIP

Suasana bedah buku dan napak tilas Perjuangan Tentara RI Pelajar (TRIP) yang digelar Unair.

Surabaya, Bhirawa
Universitas Airlangga (Unair) menggelar napak tilas perjuangan pahlawan melalui Bedah Buku Perjuangan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP). Kegiatan yang digelar Sabtu (11/11) ini untuk memperingati Hari Pahlawan. Buku dengan judul TRIP “Perjuanganmu Kuteruskan Sampai Akhir Zaman” ini ternyata mengadopsi naskah asli karya (Alm) Roestono Soeparto Koesoemo. Ia merupakan salah satu pejuang TRIP kala itu.

Hadir sebagai pembedah buku ini, Prof Dr Purnawan Basundoro, SS MHum, Guru Besar Universitas Airlangga dan Nanda Avalist, SIP MSi PhD (Cand), seorang diplomat aktif, mahasiswa S3 di Curtin University Australia, sekaligus penerjemah dan editor buku dari Rayyana Publishing.

Prof Dr Drs Prasetio Ak CA SH MHum, sebagai Ketua Pelaksana sekaligus perwakilan keluarga Roestono mengatakan buku ini menjadi bagian dari sumbangsih keluarga kepada para pejuang TRIP. Masyarakat bisa mengakses buku secara gratis melalui ponsel pintar. Buku tersedia dalam dua versi, versi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

“Buku ini bisa masyarakat akses secara gratis melalui google books. Alasan kami menyediakannya secara gratis adalah kami ingin memperkenalkan kepada dunia mengenai perjuangan TRIP,” katanya.

Acara bedah buku ini tidak hanya mengulas proses penyusunan buku. Tapi perjuangan TRIP kembali diperlihatkan dalam bentuk foto hingga video. Pada dokumen tersebut terlihat dengan jelas aksi heroik mereka melawan para penjajah. Meski masih berstatus pelajar dan dengan minimnya senjata, semangat mereka tak gentar hingga patut menjadi teladan.

“Bagi saya suatu bangsa bisa merdeka karena para pahlawannya memiliki mental juara. Ini terlihat dari mental juara para pejuang TRIP bisa mengusir para penjajah. Bangsa ini bisa menjadi besar apabila kita bisa mencetak kaum muda yang bermental juara,” terang Haryono Isman yang merupakan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia periode 1993 sampai 1998.

Lebih lanjut, Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia menuturkan perjuangan TRIP dapat memberikan inspirasi kepada masyarakat. Patriotisme, tekad, dan kesetiaan pada negara tetap hidup dalam diri masyarakat.

Destry berharap perjuangan TRIP akan selalu abadi meski dalam bentuk yang lain.

“Meskipun bentuknya berbeda, melalui teknologi dan digitalisasi tetap harus berjuang,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Rektor Unair Prof Nasih mengungkapkan perjuangan para pahlawan ini menjadi proses refleksi bagi UNAIR. Terlebih lagi Dies Natalis UNAIR Ke-69 yang berbarengan dengan Hari Pahlawan, memberikan dorongan semangat untuk menjadikan Indonesia lebih baik.

“Pengorbanan jiwa raga mereka bisa menjadi contoh bagi kami untuk menyiapkan Indonesia lebih baik dan mandiri di masa yang akan datang,” katanya.

Ditambahkan Nasih, kalau saat ini tentara dan pelajar adalah dua entitas yang berbeda, mereka yang mau jadi tentara harus menyelesaikan dulu status pelajarnya. Namun, itu tidak berlaku pada masa lalu, di era Perang Kemerdekaan, kata Tentara Pelajar justru identik dengan peran heroik yang dimainkan para pelajar SMA dan SMP dalam perjuangan bersenjata untuk mempertahankan kemerdekaan dalam kurun waktu 1945-1949.

Acara yang dihadiri sekitar 400 peserta dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa, keluarga besar TRIP, para birokrat, dan pemerhati sejarah dan perjuangan ini memberi makna yang mendalam bagi semua kalangan. Khususnya mereka, para generasi millenial, untuk tidak hanyut dan larut pada keadaan saat ini, dan melupakan sejarah perjuangan para leluhurnya, khususnya di wilayah Jawa Timur.

Di buku ini secara detail diceritakan bagaimana pasukan ini berjalan kaki, melintasi ratusan kilometer jalan setapak di belantara hutan rimba yang penuh onak duri dan binatang berbisa. Mereka bergerak senyap sebagai kesatuan gerilya, menggempur, dan menghilang, menebar frustrasi dan ketakutan di pihak pasukan penjajah. [ina.why]

Tags: