Rawan Macet, Wacanakan Pemindahan PKL Alun-alun

7-foto-hl-pkl-di-alun-alun-sisi-selatan-kota-probolinggo-sering-akibatkan-kemacetan-wapKota Probolinggo, Bhirawa
Pedagang Kaki Lima (PKL) alun-alun yang ada di sisi selatan, rencananya akan dipindahkan ke utara. Pemindahan PKL ini, berkaitan erat dengan rencana Pemkot Probolinggo untuk melakukan desain ulang alun-alun. Hal ini diungkapkan Wali Kota Rukmini, Rabu (21/12) kemarin.
Rencana ke depan, PKL alun-alun yang ada di sisi selatan, semuanya akan ditempatkan di sisi utara. Hal ini karena di sisi selatan ini, berdekatan dengan area perkantoran seperti pendapa. Terlebih, Pemkot Probolinnggo mewacanakan konsep alun-alun terbuka.
”Jadi, pagar yang ada saat ini, nanti tidak ada lagi. Akan ada pagar hidup sebagai gantinya. Alun-alun akan didesain terbuka,” katanya. Kini untuk redesain masih memantapkan konsep. Yang jelas alun-alun akan ditata dengan konsep terbuka. Redesain alun-alun tetap akan menyediakan tempat untuk PKL kuliner.
Namun, lokasinya masih belum bisa dipastikan.  Penataan keberadaan pedagang kaki lima (PKL), di Pasar Sabtu-Minggu (Tugu) di Alun alun Kota Probolinggo selama ini masih terkesan semrawut. Sejumlah pengunjung yang datang ke Pasar Tugu Alun alun Kota Probolinggo banyak yang menyayangkan kesemrawutan para PKL dalam menjajakan dagangannya.
Para pengunjung Pasar Tugu di Alun-alun Kota Probolinggo agak bingung untuk membeli makanan kuliner. Pasalnya, tata tempat para penjual tak teratur dan nampak semrawut.
Seharusnya penataan penjual harus dibedakan. Misal penjual makanan satu kelompok dengan penjual makanan lainnya, penjual aksesoris dan batik juga satu kelompok. Sehingga pengunjung bisa leluasa memilih tempat yang dituju.
Kepala Diskoperindag Kota Probolinggo, Gatot Wahyudi, membenarkan dan mengakui kalau keberadaan PKL dipasar Tugu belum tertata dan masih semrawut. Jumlah PKL yang berjualan di pasar Tugu karena over load, sehingga keberadaan PKL dalam berjualan terkesan semrawut dan kurang rapi.
”Selain itu tempat PKL berjualan ada yang lebar dan ada yang sempit. Ditambah lagi penataan barang dagangannya juga kurang rapi, tidak hanya disitu di tempat lainnyapun seperti Jl Panglima Sudirman 133 PKL, Alun-alun 78 PKL, Jl Dr Soetomo 75 PKL, Jl Cokroaminoto 56 PKL, sering menyebabkan kemacetan arus lalin, ” terangnya.
Lebih lanjut, Wali Kota Probolinggo, Hj Rukmini menuturkan, akibat kesemerawutan dan kemacetan itu pihaknya pernah memberi teguran kepada seluruh Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Probolinggo melalui SMS yang ditujukan kepada Ketua Paguyuban PKL.
Teguran itu dilakukan karena diketahui setiap pagi hari sampah bekas jualan PKL berserakan kemana – mana, sehingga membuat pemandangan Kota Probolinggo waktu pagi hari menjadi jorok dan tidak sedap dipandang karena adanya sampah PKL yang berserakan.
Karena adanya sampah PKL yang tidak dibersihkan para PKL selesai berjualan, Akan diberi teguran melalui SMS kepada Ketua Paguyuban PKL. Dalam SMS itu kepada semua para PKL apabila selesai jualan dan akan meninggalkan tempat jualan harus membersihkan dulu sampah – sampah jualannya sampai bersih, dan sampahnya harus dibawa pulang.
Apabila para PKL selesai jualan tidak membersihkan sampah jualannya, besoknya PKL tidak boleh/tidak diperkenankan jualan lagi, teguran itu ampuh, dimana dihari berikutnya sampah betul-betul bersih sampai saat ini, namun kesemerawutannya masih saja terjadi.
Diharapkan dengan dipindahklannya PKL sebelah Selatan kesebalah Utara itu, arus Lalin akan lebih lancar lagi, apa lagi arus satu jalur yang segera dipatenkan akan membuatnya sesuai rencana. Kegiatan berjualan bagi seluruh PKL setiap harinya dimulai pada jam 09.00 WIB hingga jam 23.00 WIB. PKL tak boleh menggunakan badan jalan dan tempat parkir untuk berjualan. [wap]

Tags: