Skenario Dimulai dari Perjalanan Raden Wijaya ke Kerajaan Songenep

Achmad Choiron memaparkan game karyanya yang menceritakan tentang Kerajaan Majapahit.

Achmad Choiron memaparkan game karyanya yang menceritakan tentang Kerajaan Majapahit.

Kota Surabaya, Bhirawa
Nama besar Kerajaan Majapahit barangkali sudah tak asing lagi di telinga orang Indonesia. Dalam buku pelajaran, film seri, film dokumenter , ensiklopedia, dan situs peninggalan, sejarah kerajaan yang didirikan Raden Wijaya tahun 1294 ini secara turun-temurun diwariskan sampai sekarang. Media pembelajaran sejarah semacam itu barang kali sudah lama dan menjemukan. Tapi, bagaimana jika cerita tentang kerajaan ini disuguhkan dalam bentuk Role Playing Game (RPG)?
Banyak cara dilakukan guru untuk mengajar sejarah di kelas. Menerangkan dengan ceramah, memeberi tugas, melakukan analisa, atau focus group discussion. Namun bagi seorang remaja yang tidak terlalu berminat dengan sejarah, semua cara itu mungkin hanya akan sia-sia saja dilakukan. Usai pelajaran selesai, materi pun hilang ditelan lupa.
Karena itu karya-karya inovatif berbasis multi media mulai bermunculan untuk memancing minat pelajar. Seperti yang dibuat oleh Dosen Teknik Informatika Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya Achmad Choiron. Dia sengaja merancang game untuk dijadaikan alat belajar sejarah pendirian Kerajaan Majapahit.
Skenario dalam game tersebut disusun berdasar riset pustaka yang dilakukannya. Permainan dimulai ketika Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, mendapat hibah tanah dari Kerajaan Kediri di kawasan Tarik. Karena tidak mempunyai pasukan untuk melakukan babat alas, Raden Wijaya meminta bantuan kepada Raja Songenep (sekarang Sumenep) Arya Wiraraja. “Perjalanan Raden Wijaya ke Kerajaan Songenep itulah yang dijadikan misi permainan. Ini untuk mendirikan Kerajaan Majapahit yang terbesar,” katanya.
Dalam menjalani misi ini, Raden Wijaya harus melewati tiap-tiap rintangan. Rintangan level pertama adalah menyeberangi Selat Madura. “Raden Wijaya harus bisa menemukan alat yang pas untuk menyeberangi selat ini,” ungkapnya. Jika sanggup melewati rintangan itu, selanjutnya adalah melawan perampok di Madura yang dijuluki Raja Pati. Dalam melewati tantangan ini, Raden Wijaya dituntut memilih senjata yang cocok dipakai melawan Raja Pati. “Setelah berhasil, Raden Wijaya bisa sampai ke Kerajaan Songenep dan bertemu rajanya. Kemudian meminta bantuan untuk babat alas tanah di kawasan Tarik untuk membangun Kerajaan Majapahit,” jelasnya.
Khoiron menuturkan, dalam permainan edukasi sejarah ini juga disisipi pesan moral bahwa untuk membangun cita-cita yang besar itu penuh perjuangan. Tidak bisa instan. Selain itu, permainan ini juga mengajarkan kecakapan hidup (life skills). Game yang dia buat juga memvisualisasikan fakta sejarah dengan sebenar-benarnya. Misalnya penggunaan batu pada masa-masa itu hanya digunakan untuk tempat-tempat sakral dan ibadah saja. Sedangkan untuk rumah, pendopo dan yang lainnya tidak ada sama sekali yang terbuat dari batu, melainkan dari kayu. “Karena itu game ini juga membutuhkan analisa yang cukup cermat. Jangan sampai keliru, karena ini yang akan teringat dalam pikiran anak,” tutur dia.
Awal mula game ini dibuat, Choiron terinspirasi dari kebiasaan dua anaknya. Anak pertama hobi sekali memainkan game sejenis empire dan yang kedua suka sejarah tapi tidak susah ingat. Kemudian saat berbincang-bincang dengan anak pertama, ternyata dia mampu menghafal dengan rigid scenario dan tokoh-tokoh dalam game yang dimainkan. Kesimpulannya, game juga bisa digunakan untuk alat pembelajaran yang efektif.
Menurut dia, karakteristik game selalu membuat kecanduan pemainnya. Tapi karena ini game edukasi, maka tidak boleh bersifat candu. Tantangannya dibuat seminimal mungkin. Jika sudah fasih memainkannya dua tiga kali, harus naik level untuk mengejar materi selanjutnya. “Game edukasi itu tidak boleh membuat penggunanya kecanduan,” kata dia.
Atas risetnya tersebut, pria yang sebelumnya sudah pernah membuat dua permainan RPG ini berhak mendapat hibah dosen pemula dari Direktorat Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud. Dari proposal yang diajukan senilai Rp 14 juta, dia berhak menerima Rp 11,5 juta. “Saat ini game tersebut masih dalam tahap skenario. Targetnya September mendatang sudah rampung dan dapat digunakan,” pungkas dia. [tam]

Tags: