Tahun 2022, Angka Stunting di Kabupaten Situbondo Hanya Tersisa 10 Desa

Wabup Hj Khoirani saat membuka kegiatan diseminasi audit kasus stunting di pendopo Kabupaten Situbondo, Kamis (15/9). [sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa
Untuk menekan angka stunting, jajaran Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3A-P2KB) Kabupaten Situbondo mengadakan kegiatan diseminasi audit kasus stunting di pendopo Kabupaten, Kamis (15/9). Kegiatan tersebut di buka dan diresmikan Wakil Bupati Hj Khoirani bersama jajaran DP3A-P2KB serta sejumlah pimpinan OPD yang ada di lingkungan Pemkab Situbondo.

Menurut Hj Khoirani, di Situbondo penurunan angka stunting hingga tahun 2022 sangat drastis. Ini sesuai dengan harapan dan keinginan Presiden Jokowi kepada setiap daerah, termasuk Kabupaten Situbondo yang ditarget bisa menuntaskan angka stunting pada 2024 mendatang. “Ya di Kabupaten Situbondo memang ditarget tuntas persoalan stunting pada tahun 2024 mendatang,” aku Wabup Khoirani.

Wabup Khoirani mencatat awal mula ada 20 desa yang memiliki masalah stunting di Kabupaten Situbondo. Namun saat ini, aku Khoirani, hanya menyisakan 10 desa yang masuk prioritas penuntasan stunting di Kabupaten Situbondo. “Ada banyak cara yang kami lakukan. Satu diantaranya dengan menambah tambahan makanan pada bayi. Itu juga kami lakukan di Desa Bloro, Kecamatan Besuki, yang kini juga memiliki angka stunting,” papar Wabup Khoirani.

Suksesnya penurunan angka juga ada keterlibatan elemen lain seperti Fatayat NU dan Muslimat NU. Banom NU itu, aku Khoirani, terbukti ikut membantu mensukseskan penurunan angka stunting di Kabupaten Situbondo disetiap ada kegiatan.

Khusus untuk desa yang paling tinggi angka stunting, Khoirani hingga kini mengaku kurang hafal secara detail. “Namun kami di wilayah Situbondo barat tahu betul angka stunting karena aktif mendatangi warga hingga ke pegunungan. Misalnya di Desa Buduan. Untuk OPD-OPD, kami minta untuk terus bersinergi menjalin kerja sama yang baik sehingga stunting bisa cepat menurun. Sesuai target tercapat 14 persen,” beber Khoirani.

Masih kata Khoirani, terjadinya stunting dipicu banyak hal, satu diantaranya adanya pernikahan dinia. Untuk itu Khoirani meminta kepada para orang tua untuk bijak dan menghindari anak-anaknya melakukan pernikahan dini.

“Ya jangan sampai orang tua itu nekat menikahkan anak-anaknya diusia muda atau dini. Penyebab lain adaya stunting biasanya orang atua jarang memantau tumbuh kembangnya anak. Terakhir bisa juga karena minimnya perhatian dari orang tua kepada anak-anakya,” pungkas Khoirani seraya meninta kepada para calon pengantin baru untuk aktif mengikuti suntik sebelum melakukan pernikahan.[awi.ca]

Tags: