Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Pasuruan Menurun

Kepala BPS Kota Pasuruan, Sri Kadarwati bersama Wali Kota Pasuruan, H Saifullah Yusuf saat rapat penyampaian indikator strategis BPS dengan Pemkot Pasuruan di ruang Untung Suropati, Perkantoran Pemkot Pasuruan.

Kota Pasuruan, Bhirawa.
Tingkat pengangguran terbuka di Kota Pasuruan mengalami penurunan, hal itu seiring meningkatnya tingkat kesempatan kerja. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pasuruan, Sri Kadarwati menyatakan tingkat kesempatan kerja di Kota Pasuruan tahun 2023 mencapai 94,36 persen.

Dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 93,82 persen, tentu ada peningkatan. Kondisi itu, bersesuaian dengan tingkat pengangguran terbuka yang menurun dari 6,18 persen pada tahun 2022 menjadi 5,64 persen pada 2023. “Penduduk bekerja di Kota Pasuruan mencapai 55,95 persen merupakan pekerja formal. Adapun untuk sisanya 44,05 persen adalah pekerja informal,” ujar Sri Kadarwati, Selasa (12/12).

Menurutnya, tingkat pengangguran pada kelompok usia sangat muda kisaran 15 hingga 19 tahun masih tinggi. Sedangkan, untuk kelompok lansia 65 tahun ke atas seharusnya sudah mapan dalam kegiatan ekonomi. “Untuk kualitas tenaga kerja, ternyata masih didominasi pada lulusan SMP ke bawah,” kata Sri Kadarwati.

Atas kondisi itu, yang perlu disikapi pemerintah dalam membekali skill untuk masuk dunia kerja. Tujuannya, supaya lebih produktif sehingga memberi dampak positif terhadap tingkat pendapatannya.

Disisi lain, status pekerjaan informal meliputi usaha mandiri, pekerja keluarga, pengusaha dengan karyawan tidak tetap masih lebih besar ketimbang pekerja formal. “Kondisi ini, umumnya juga dialami di daerah-daerah lain di Jawa Timur. Yaitu, status pekerjaan informal masih lebih besar ketimbang pekerja formal,” jelas Sri Kadarwati.

Terpisah, Kepala Disnaker Kota Pasuruan, Mahbub Effendi menyatakan strategi pemerintah dalam mengatasi pengangguran adalah dengan mengadakan pelatihan disertai ujian kompetensi, bursa kerja serta program padat karya.

Terlebih juga dalam hal peningkatan kualitas tenaga kerja lulusan SMP ke bawah, memang perlu adanya pembekalan skill yang lebih baik. “Harus juga dilaksanakan pelatihan-pelatihan, agar mereka punya keterampilan menciptakan usaha mandiri,” tandas Mahbub Effendi.

Sedangkan, lulusan SMA dan SMK menjadi penyumbang terbesar terhadap TPT di Kota Pasuruan, juga tidak terlepas dari faktor kultur masyarakat. Kebanyakan dari mereka enggan bekerja jauh dari rumah. Artinya, masyarakat masih banyak yang enggan ditempatkan di luar kota. “Makanya, yang siap masuk dunia industri kita siapkan pelatihan. Bagi, yang mau berusaha mandiri kami asah keterampilan,” imbuh Mahbub Effendi. [hil.wwn]

Tags: