Unggulan SMK Negeri Pesantren

smk-negeri-pesantrenPertalian sekolah dengan kebutuhan (bursa) kerja terus diupayakan pemerintah provinsi. Diharapkan, pendidikan berbasis keterampilan akan meningkatkan “nilai tawar” daerah untuk menarik investasi. Maka pembangunan SMK (sekolah menengah kejuruan) menjadi pilihan. Lulusan SMK akan menjadi pilar penopang perekonomian daerah, bertautan dengan sector UMKM. Lebih lagi, pendidikan menengah menjadi tanggungjawab pemerintah propinsi.
Secara nasional, saat ini perbandingan antara jumlah SMK negeri dan SMA negeri a 33 persen dan 67 persen. Ditahun 2020 ditagetkan angkanya menjadi 40 : 60. Ini yang menyebabkan banyak bursa kerja gagal memperoleh SDM (Sumber Daya manusia) yang cukup. Ironisnya, angka pengangguran terbuka semakin banyak. Seolah-olah terdapat “black hole” antara bursa kerja dengan institusi kependidikan. Sekolah sebagai penyedia tenaga kerja, dianggap tidak cukup siap menyediakan SDM seusai sektor kerja.
Sudah banyak pemerintah provinsi memilih memperbanyak satuan pendidikan SMK. Namun masih dibutuhkan kampanye lebih masif untuk mendongkrak “rating”-nya. Sehingga lulusan SLTP lebih memilih SMK. Kampanye bisa dilakukan bekerjasama dengan satuan pendidikan SMP sederajat. Antaralain, bahwa memilih SMK bisa meneruskan kuliah di PTN (Perguruan Tinggi Negeri), bisa masuk Akademi Militer (dulu AKABRI) sekaligus juga siap kerja.
Dus, SMK lebih keren. Walau harus diakui, tidak mudah mendirikan SMK di daerah. Terutama penyediaan lahan. Untuk membangun satu SMK dibutuhkan lahan setidaknya sekitar 2.000 meterpersegi. Separuh diantaranya untuk laboratorium serta lapangan dan ruang terbuka hijau. Bahkan untuk SMK program studi pertanian, mestilah memiliki lahan lebih luas. Salahsatu kelompok masyarakat (badan hukum) sosial yang memiliki lahan luas, adalah pondok pesantren.
Jawa Timur merupakan daerah yang memiliki pesantren terbesar di seluruh Indonesia. Jumlahnya, milik NU saja, ditaksir sekitar 10 ribu pesantren. Sehingga wajar manakala pemerintah propinsi Jawa Timur meng-inovasi pembangunan SMK Negeri di dalam pesantren.
Selama tiga tahun terakhir, telah coba membangun SMK lebih banyak. Sampai saat ini jumlah lembaga SMK di Jatim sudah lebih besar disbanding SMA. Menurut data Dindik Jatim jumlah SMK 1.808 lembaga, sedangkan jumlah lembaga SMA sebanyak 1.347 sekolah. Diharapkan pada tahun 2019, perbandingan antara SMK dengan SMA menjadi 70 : 30, dengan dominasi SMK. Potensinya bisa lebih dari seribu SMK Negeri pesantren.
Selama tiga tahun terakhir, sudah banyak SMK Negeri dengan nama pesantren. Hampir seluruh kabupaten telah memiliki SMK Negeri pesantren. Antaralain (yang terbanyak) di Banyuwangi, Jombang, dan Kediri. Pembangunan SMK negeri di pesantren sekaligus mempermudah kerjasama dengan berbagai unit UKM (Usaha Kecil dan Menengah) di daerah. Bahkan banyak perusahaan multi nasional mencari tenaga terampil pelaksana, bekerjasama dengan perguruan tinggi. Kerjasama biasanya untuk menambah skill lulusan SMK plus sertifikasi.
Selama ini program pemerintah membangun satuan pendidikan SLTA, setidak-tidaknya satu unit pada tiap kecamatan. Pada daerah per-kotaan, terdapat beberapa kecamatan memiliki lebih dari satu SMTA Negeri. Salahsatunya SMK. Umumnya, SMTA dibangun menggunakan lahan milik pemerintah kabupaten dan kota. Pilihan memperbanyak SMK, sejatinya lebih meng-akomodir tujuan pendidikan sesuai amanat UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003. Terutama untuk mencetak lulusan yang kreatif dan mandiri.
Pada pasal 3 dinyatakan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak … yang bermartabat, … bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa …, berakhlak mulia, …, cakap, kreatif, mandiri,… .” Tujuan pendidikan ini mesti dicermati benar. Maka membangun SMK Negeri di pesantren, memiliki keunggulan sistemik.
Yang diperlukan saat ini adalah memperbanyak SDM terampil. Yakni satuan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan bursa kerja sektoral. Untuk itu dibutuhkan tenaga pengajar, dengan kompetensi bidang keilmuan terapan. Tidak cukup hanya dengan klasifikasi sarjana. Melainkan juga dapat merekrut “tukang” senior sebagai tutor pada laboratorium SMK.

                                                                                                                  ——— 000 ———

Rate this article!
Tags: