BBM Langka, Sebuah Kesengajaankah ?

Sayekti SuindyahOleh :
Dr Sayekti Suindyah D, MM
Pengamat Ekonomi dari LSM ELKASEM Jombang

Sejak tanggal 5 Januari 2016, Pemerintah telah memberlakukan harga BBM yang terbaru, yaitu Rp 5.750,00 per liter dan premium Rp 6.950,00 per liter. Sejak hari itu telah terjadi antrian yang panjang di beberapa SPBU di wilayah Jawa Timur. Bahkan di wilayah jalan poros Provinsi Jawa Timur beberapa SPBU telah kehabisan stok. Sebuah kondisi yang kontroversial yang terjadi di lapangan. Disaat pemerintah menaikkan harga BBM, kondisi yang terjadi adalah kelangkaan BBM di hari sebelum diberlakukannya kenaikan harga BBM. Kondisi ini mungkin wajar, karena pengusaha SPBU, pastinya mencari keuntungan dengan kenaikan harga BBM.
Tapi kondisi yang terjhadi saat ini sungguh tidak wajar, kenapa justru harga BBM turun, tapi barangnya menghilang dari pasaran? Bertujuan apakah para pengusaha SPBU ini? Atau ada permainan baru yang dilakukan oleh Pemerintah atas semua kejadian ini? Ada beberapa dugaan yang perlu dan patut dicermati dengan kondisi kelangkaan BBM di wilayah Jawa Timur: (1). Pengusaha SPBU sengaja untuk tidak melakukan Delivery Order dengan jumlah yang sama sebelum terjadinya kenaikan BBM dengan tujuan untuk mencari keuntungan dengan menjual BBM jenis pertamax dan sejenisnya. (2). Pengusaha SPBU tidak mau dirugikan dengan adanya penurunan harga BBM karena selama ini pengusaha SPBU sudah enjoi untuk menikmati selisih harga karena adanya kenaikan harga BBM. (3). Dengan kelangkaan BBM, akan menyebabkan harga BBM naik kembali itu mungkin yang diharapak oleh para pengusaha. (4). Bila kelangkaan BBM terjadi secara terus menerus dalam waktu 1 (satu) minggu saja akan menyebabkan terganggunya kegiatan ekonomi, terutama ekonomi yang menyangkut hajat hidup rakyat menengah ke bawah. (5). Sengaja untuk memicu kelangkaan agar Pemerintah mengambil alih kebijakannya dengan kebijakan baru untuk tidak menurunkan harga BBM.
Kebijakan penurunan harga BBM yang tidak diikuti dan tidak ditindak lanjuti dengan kebijakan penurunan tarif angkutan umum, menyebabkan para pengusaha angkutan umum masih memberlakukan tarif yang lama. Dan kondisi ini sungguh tidak membantu meringankan beban rakyat golongan bawah. Selain itu, kebijakan penurunan harga BBM juga belum dirasakan oleh rakyat golongan menengah ke bawah secara langsung, karena harga barang kebutuhan pokok yang ada di pasar tetap melambung tak terbendung.
Pertanyaan yang muncul: (1). Untuk siapakah sebenarnya kebijakan penurunan harga BBM ini diberlakukan? (2). Apakah benar kebijakan itu untuk membantu rakyat golongan menengah ke bawah? (3). Kenapa kebijakan penurunan harga yang sudah diumumkan pada tanggal 28 Desember 2015 dan diberlakukan pada tanggal 5 Januari 2016 tidak disertai dengan kebijakan-kebijakan yang lain yang langsung bersentuhan dengan nasib rakyat kecil. (4). Apakah kebijakan ini hanya merupakan bentuk pencitraan pemerintahan yang dilakukan untuk melengkapi bentuk pencitraan yang lainnya? (5). Bagaimana sikap pemerintah menghadapi kelangkaan BBM yang terjadi di wilayah Jawa Timur saat ini?
Sungguh tragis, nasib rakyat golongan menegah ke bawah. Berharap dengan adanya kebijakan penurunan harga BBM akan menikmatinya dengan mudah ternyata masih juga dilakukan permainan-permainan oleh pihak-pihak yang jelas-jelas mencari keuntungan di atas penderitaan rakyat.
Para pengusaha SPBU dengan enaknya setiap kali ada pertanyaan kenapa BBM langka, jawabnya menghabiskan stok yang lama dan stok yang baru belum dikirim? Kenapa mereka sangat tega melakukan itu? Sehingga menjadi pemicu langkanya BBM, menjadi pemicu masyarakat golongan menengah ke bawah  harus mengeluarkan uang tambahan untuk membeli pertamax, menjadi pemicu terhambatnya kegiatan ekonomi di masyarakat tingkat menengah ke bawah. Beralihnya konsumsi BBM dari BBM bersubsidi ke BBM non subsidi akan menyebabkan menurunnya kegiatan ekonomi di masyarakat tingkat bawah. Karena, kegiatan ekonomi masyarakat tingkat menengah ke bawah sangat bergantung pada BBM bersubsidi. Bila masyarakat tingkat menengah ke bawah mengkonsumsi BBM non subsidi, ini jelas akan mengurangi pendapatan mereka. Bila pendapatan berkurang, akan menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan. Menurunnya tingkat kesejahteraan akan menyebabkan timbulnya kerusuhan. Karena, masyarakat akan mudah untuk melakukan penjarahan karena sulitnya mencari penghidupan dan kehidupan. Bila kerusuhan meningkat akan menyebabkan stabilitas negara terganggu. Stabilitas negara terganggu akan memicu menurunnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang lain. Bila kegiatan ekonomi menurun akan menyebabkan menurunnya pendapatan nasional. Menurunnya pendapatan nasional akan menyebabkan menurunnya income per kapita masyarakat. Dan masih banyak lagi multiplier effect yang disebabkan dengan kelangkaan BBM ber subsidi di wilayah Jawa Timur.
Sedangkan penikmat BBM bersubsidi tidak hanya masyarakat menengah ke bawah tetapi hampir seluruh golongan masyarakat. Bahkan, tidak malu-malunya para orang kaya membeli BBM bersubsidi yang dimasukkan ke mobil mewahnya. Bahkan ditemui juga saat BBM bersubsidi langka, seorang yang berkendaraan mewah sempat marah karena tidak ada BBM bersubsidi, akhirnya mereka dengan terpaksa mengalihkan konsumsinya ke BBM non subsidi.
Siapakah yang diuntungkan dengan kondisi ini? Jawabnya pastinya ya para pengusaha SPBU. Siapa yang dirugikan? Jawabnya pastinya rakyat menengah ke bawah yang banyk menggunakan BBM bersubsidi. Usulan yang diajukan kepada Pemerintah: (1). Segera mengatasi kelangkaan BBM bersubsidi. (2). Mengeluarkan kebijakan untuk menindak lanjutin kebijakan penurunan harga BBM yang berhubungan dengan kehidupan khalayak/masyarakat  menengah dan ke bawah. (3). Mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada rakyat bukan kepada pengusaha. (4). Menindak tegas para pengusaha SPBU yang menjadi pemicu kelangkaan BBM bersubsidi.

                                                                                          ————- *** ————–

Rate this article!
Tags: