Becek Ndeso, Makanan Khas yang “Terasingkan” di Tuban, Ini Saran Freddy Poernomo

Anggota DPRD Jatim, Freddy Poernomo melakukan reses III Tahun 2021 di Desa Tingkis, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban, Sabtu (30/10/2021). [Gegeh Bagus Setiadi]

Tubam, Bhirawa
Program One Village One Product harus terus digencarkan di Jawa Timur. Hal itu penting sebagai upaya mendorong Industri Kecil dan Menengah (IKM) berjaya di pasar dalam negeri hingga internasional.
Seperti di wilayah Tuban dan Bojonegoro, masih banyak desa yang belum mandiri dan tidak memiliki produk yang apik. Oleh karenanya, Anggota DPRD Jatim Freddy Poernomo menyampaikan bahwa program One Village One Product perlu digencarkan.
Hal itu disampaikan politisi Partai Golkar saat melakukan reses III Tahun 2021 di Desa Tingkis, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban, Sabtu (30/10/2021).
“Daerah Tuban dan Bojonegoro ini, di setiap desa memiliki kekhasan masing-masing. Program one village one product harus digencarkan agar masing-masing desa berani menampilkan produk unggulan dari desanya masing-masing,” ujarnya.
Dalam resesnya kali ini, Freddy didampingi Wakil Bupati Tuban, Riyadi dan Kepala Desa Tingkis, Agus Susanto. Ia menyampaikan apa yang telah disampaikan wakil dari Bupati Aditya Halindra ini. Dimana, akan mengembangkan makanan khas daerah.
“Pak Wabup (Riyadi, red) juga sudah menyampaikan akan mengembangkan makanan khas daerah. Nah, sekarang ini makanan khasnya adalah Becek Ndeso, ini yang mau dikembangkan,” terang Anggota Komisi A ini.
Dengan munculnya pasar desa yang baru diresmikan, One Village One Product sangatlah tepat. Dimana, itu adalah tempat transaksi antara penjual dan pembeli.
“Dengan terbitnya Undang-undang Desa ini tujuannya proses pemberdayaan desa lebih dipercepat. Ada dana desa melalui APBN, ada BKD (Bantuan Keuangan Desa) Provinsi dan BKK (Bantuan Keuangan Khusus) dari Kabupaten. Ini nanti harus disinergikan,” pinta Freddy.
Disamping itu, lanjut dia, BUMDes juga harus dimaksimalkan. Pasalnya, terkait produk yang dihasilkan desa masih banyak berkutat di lingkup desanya saja.

“Nah, agar bisa merambah pasar internasional, mangkanya sekarang ini akses informasi sangat mudah, berupa internet. Jadi bisa melalui website yang sudah dimiliki masing-masing desa,” terangnya.
Kedua, sambung doktor lulusan Universitas Airlangga ini, harus punya jiwa entrepreneur. “Kalau memang Becek Ndeso ini bisa tersosialisasi, setidaknya akan bisa mengangkat desa Tingkis. “Jadi, jiwa entrepreneur harus dibangun di kalangan desa,” tambahnya.
Tak cukup sampai disitu, Freddy pun menegaskan perlu adanya pendampingan dari pemerintah. Baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
“Kami di Provinsi akan lihat, kira-kira potensi ini (Becek Ndeso, red) bisa disebarkan ke tempat lain, kenapa tidak. Tentunya kami akan menginformasikan ke dinas-dinas yang ada di Provinsi,” jelasnya.
Pada kesempatan sama, Kepala Desa Tingkis, Agus susanto menyebutkan bahwa desanya telah menuju proses menjadi desa mandiri. Salah satu produk unggulan selain Becek Ndeso juga kerajinan tangan.
“Kedepan, ingin juga mengembangkan potensi wisata. Salah satunya menyangkut pembuatan cindera mata berupa souvenir,” pungkasnya. [geh.hud]

Tags: