Dari Lima Terbaik, Tiga Diboyong Provinsi Jawa Timur

Para peserta dalang bocah yang meraih penghargaan sebagai pedalang bocah kategori terbaik, dalam Festival Dalang Bocah Tahun 2017 di TMII, diselenggarakan mulai 21-23 September 2017

Festival Dalang Bocah Tingkat Nasional
Pemprov, Bhirawa
Dalam Festival Dalang Bocah Tingkat Nasional Tahun 2017 yang diselenggarakan selama tiga hari (21-23 September 2017) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dari kriteria lima dalang bocah terbaik, ada tiga dalang asal Jatim yang meraihnya, Bahkan, kriteria dalang bocah mumpuni juga diraih Jatim.
Ketiga dalang bocah yang meraih kiteria terbaik yaitu Wahyu Yoga Ari Respati (Kabupaten Ngawi), Dwi Asfina Wahyu Praja M (Kabupaten Ponorogo), dan Daiva Kamajaya (Kota Madiun). Sedangkan satu dalang mumpuni yaitu Hazel Abirama Arafi (Kabupaten Tulungagung)
Kadisbudpar Jatim Dr H Jarianto MSi melalui Kepala UPT Taman Budaya Jatim, Sukatno SSn MM mengatakan, peserta yang dikirim ke Festival Dalang Bocah Tingkat Nasional Tahun 2017 merupakan peserta yang pernah menjadi dalang terbaik dalam Festival Dalang Bocah Tingkat Provinsi Jawa Timur.
“Di Jawa Timur sendiri, setiap tahun menyelenggarakan Festival Dalang Bocah, dan buktinya peserta selalu terpenuhi, meskipun tidak semua daerah terdapat seni pedalangan. Ada beberapa daerah saja yang subur akan dalang muda dan anak,” katanya.
Dari sisi pemerintah, untuk seni pedalangan atau pakeliran ini, akan selalu didorong dan dikawal terus menerus. Namun, kembali lagi diperlukan pendidikan bagi masyarakat sebagai pengguna produk jasa di dunia seni pedalangan.
“Pengguna dalam hal ini masyarakat perlu dibangun untuk bisa memanfaatkan atau mengapresiasi seni pedalangan atau pakeliran ini. Seni pedalangan atau seni apapun tidak akan bisa berkembang jika tidak ada masyarakat yang menonton, memanfaatkan, atau mengapresiasinya. Jika terjadi kesenian tradisi mulai surut terpinggirkan dari peredaran,” ujarnya.
Ia juga berharap, siapa saja yang akan menjadi dalang di Jatim, harus terus meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya. Apalagi kini bisa dipelajari dari berbagai literatur ataupun berbagai sumber. “Di Jatim, seni pedalangan atau pakeliran ini diharapkan masih bisa terus berkembang lagi,” katanya.
Sementara, salah satu dalang bocah asal Ponorogo yang meraih kategori terbaik, Dwi Astina Wahyu Praja mengatakan, meskipun saat pementasan ia mengakui masih kurang puas, namun bersyukur bisa meraih kategori terbaik.
Kemampuan mendalang tersebut diakui kembali kalau sejak bersekolah dasar. Kemudian melanjutkan SMP 1 Ponorogo, ternyata disekolahan tersebut juga terdapat fasilitas berupa sekotak wayang dan seperangkat gamelan.
Kembali, Sukatno mengatakan, SMP 1 Ponorogo sangat menunjang dalam ekstrakurikuler dibidang seni pakeliran. “SMP 1 Ponorogo merupakan sekolahan favorit dan sangat maju keseniannya,” ujarnya. [rac]

Tags: