Datang Jelang Tengah Malam, Disambati Warga Tidur seperti Naik Kapal

 Gus Ipul saat blusukan melihat korban banjir di Dusun Balong, Desa Banyulegi, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, Kamis (12/2) tengah malam.


Gus Ipul saat blusukan melihat korban banjir di Dusun Balong, Desa Banyulegi, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, Kamis (12/2) tengah malam.

Surabaya, Bhirawa
Menyapa masyarakat Jatim secara langsung hingga ke pelosok terpencil bukan hal baru bagi Gus Ipul. Hampir setiap hari sejak dilantik 12 Februari 2009 lalu, Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf selalu blusukan melihat kondisi warganya. Namun dalam blusukan kali ini ada yang berbeda. Apa itu ?.
Jika dalam blusukan sebelumnya mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal ini selalu disambut ratusan bahkan ribuan orang dengan meriah, kali ini ia justru disambati warga. Gus Ipul dituntut agar bisa secepatnya menyelesaikan masalah banjir akibat luapan Kali Lamong.
Blusukan kali ini boleh dibilang tidak wajar karena dilakukan jelang tengah malam sekitar pukul 22.30 WIB, pada Kamis (12/2) lalu dan tetap dinanti ratusan warga Dusun Balong, Desa Banyulegi, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto. Mereka berharap ada solusi dari pemerintah agar banjir yang selalu menggenangi rumahnya bisa diatasi.
Didampingi para pejabat di lingkungan Kabupaten Mojokerto, Gus Ipul memantau dan turun langsung melihat puluhan rumah warga yang terendam air. Bahkan, suami Fatma Saifullah Yusuf tersebut rela berbasah-basahan lebih dari dua jam saat blusukan ke sejumlah rumah dan menyempatkan berdialog dengan beberapa warga yang memilih bertahan untuk menjaga dan menyelematkan barang berharga milik keluarga.
Kepala Dusun Balong, Jari mengaku pada 2015 ini di daerahnya sudah 12 kali mengalami banjir yang sama dan membuat 67 kepala keluarga mengungsi. “Banjir yang terakhir ini paling parah. Kami harap pemerintah segera bertindak agar luapan Kali Lamong tidak membuat banjir permukiman sekitar,” tuturnya.
Sedangkan, salah seorang warga lainnya, Tangkis berharap pemerintah mendirikan tanggul di Kali Lamong dan tidak terus-menerus mengirim sembako untuk korban banjir di wilayah tempat tinggalnya. Sebab saat ini yang mereka butuhkan tidak hanya sembako, tapi penanganan banjir secepatnya.
“Bantuan sembako datang, tapi besok hujan lagi, kemudian sembakonya rusak akibat banjir. Jadi percuma bantuan itu terus-menerus datang. Warga hanya ingin normalisasi Kali Lamong agar tidak banjir lagi. Dengan kedatangan Gus Ipul ini, kami punya harapan agar masalah banjir ini bisa cepat diselesaikan,” ucapnya.
Menurut kakek 64 tahun ini, sejak kecil ia lahir dan besar di Dusun Balong. Dulu waktu ia kecil, katanya, banjir tidak pernah terjadi. Baru mulai 2008 lalu banjir selalu datang tiap awal tahun ketika musim hujan datang. Bahkan ketinggian banjirnya setiap tahun selalu mengalami peningkatan.
“Kami sudah lelah Gus. Kalau tidur di atas kasur kita seperti naik kapal ke Madura. Setiap tahun selalu kebanjiran. Kami berharap Kali Lamong bisa secepatnya dinormalisasi di hilirnya dan dibuatkan tanggul. Kami juga berharap kedatangan Gus Ipul ke desa kami bisa memberikan solusi,” ungkapnya.
Menanggapi harapan warga tersebut, Gus Ipul berjanji akan menyampaikan keluhan, usulan dan harapan warga Dusun Balong. “Kami menerima laporan bahwa banjir sudah lebih dari semeter sehingga harus ada penanganan segera,”ujarnya.
Menurut informasi yang didapat Gus Ipul, banjir di daerah tersebut memang terjadi setiap musim banjir sejak 2008 lalu. “Banjir ini setiap awal tahun dan rutin terjadi. Selain hujan, salah satu faktornya luapan Kali Lamong yang tidak cukup menampung debit air. Langkah pengerukan dan penanggulan segera dilaksanakan,” katanya.
Di dusun tersebut, kata dia, 27 rumah tenggelam dan membuat 187 jiwa penduduknya mengungsi ke rumah tetangga yang posisinya lebih tinggi. Pada Kamis siang, ketinggian air di desa tersebut mencapai sedada orang dewasa, dan terus surut pada tengah malam hingga sekitar 40 centimeter.
“Saya menilai usulan warga yang ingin dikeruk di hilirnya memang sangat tepat. Sebab banjir ini terjadi karena luapan Kali Lamong yang tidak mampu menampung debit air. Langkah tercepat adalah melakukan normalisasi. Jadi nanti pengerukan kita usulkan agar bisa dilakukan di hilirnya” katanya.
Banjir luapan Kali Lamong ini tak hanya menghambat denyut aktivitas sebagian warga, melainkan juga merusak puluhan hektare sawah padi. Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto pun melakukan pendataan lahan pertanian yang terkena banjir akibat luapan kali Lamong.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto Sulistiyowati, mengatakan pihaknya belum bisa memastikan berapa luas lahan dan tanaman pertanian yang terkena dampak bajir di wilayah Dawarblandong, karena timnya masih dilakukan pendataan di lapangan untuk mengetahui sejauh mana kerusakan yang terjadi.
“Berdasarkan laporan warga, ada puluhan hektare sawah yang rusak. Tapi untuk memastikan jumlahnya tim dari Dinas Pertanian mengkroscek langsung ke lapangan, dan nanti hasil pendataan di lapangan dijadikan dasar untuk melakukan tindakan,” katanya. [iib]

Tags: