Dishut Jatim Kerja Keras Lakukan Pemulihan Ekosistem Pasca Karhutla

Kepala Dishut Provinsi Jatim, Jumadi

Pemprov, Bhirawa
Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Jatim kini tengah kerja keras melakukan pemulihan ekosistem, pasca terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo. Diantaranya dengan melakukan identifikasi dan penanaman bibit sesuai jenis tanahnya.

“Kami sudah mendapat arahan dari Ibu Gubernur (Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, red) untuk segera melakukan pemulihan ekosistem. Sudah dianggarkan dari APBD. Tahap awal akan dilakukan di 20 hektare pada November 2023,” ujar Kepala Dishut Provinsi Jatim, Jumadi, saat dikonfirmasi, Minggu (22/10).

Saat ini, kata Jumadi, Dishut Jatim melalui UPT Tahura Raden Soerjo sudah melakukan identifikasi kira-kira flora dan fauna apa yang mati akibat karhutla. Untuk floranya, waktu kejadian kebakaran sudah terlihat seperti cemara gunung dan savana. Sedangkan untuk fauna masih terus dilakukan identifikasi dan pengecekan kembali.

“Di Tahura R Soerjo untuk fauna ada Rusa Timor, Elang Jawa, Macan Tutul dan lainnya. Ini yang kami cek lagi. Sedangkan flora dari awal sudah terlihat yang terbakar yakni cemara gunung dan savana. Ini juga kami lakukan pengecekan kembali,” ungkapnya.

Jumadi mengatakan, Gubernur Khofifah juga memberikan bantuan sarana dan prasarana upaya preventif penanggulangan kebakaran. Seperti kendaraan patroli baik roda empat dan roda dua, pakaian petugas, hingga alat-alat untuk mengatasi kebakaran. Sehingga saat ada titik api, bisa langsung diatasi.

“Nanti akami juga akan melakukan penebaran benih lewat udara dititik-titik yang sulit dijangkau. Pada 2019 lalu penebaran benih lewat udara juga telah kami lakukan dibantu BPBD untuk pesawatnya di Gunung Arjuno,” tandasnya.

Saat melakukan identifikasi dan pemulihan ekosistem, jelas Jumadi, Tahura R Soerjo juga mengajak relawan. Hal ini sangat penting, untuk mengajak partisipasi masyarakat agar menjaga ekosistem hutan. Jangan sampai membawa bibit api ke hutan.

Upaya identifikasi ini, jelas Jumadi, sekaligus melakukan pengecekan jalur pendakian. Sebab pasca kebakaran, jalur pendakian banyak yang rusak. Jalur pendakian itu ada yang dari tanah dan tumpukan daun-daun yang mengering lalu mengeras bertahun-tahun. Saat terjadi kebakaran bisa saja terbakar dan melapuk.

Kalau ikut terbakar, lanjutnya, tentu akan jadi abu dan jika diinjak akan turun tanahnya. Kondisi ini yang sangat membahayakan keamanan bagi para pendaki. Untuk itu, semua jalur pendakian ke Gunung Arjuno dan Gunung Welirang, termasuk ke Kembar 1 dan Kembar 2 ditutup sementara waktu.

“Semua jalur pendakian kami tutup hingga selesai identifikasi. Kami ingin pastikan keamanan jalur pendakian aman untuk pendaki. Terlalu rawan jika pendakian sekarang kami buka,” tegas Jumadi. [iib]

Tags: