Hutan Rob Tak Menentu, Petani Garam di Kabupaten Probolinggo Waswas

Efek banjir rob, produksi garam di probolinggo menyusut 21 ton.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kab.Probolinggo, Bhirawa
Produksi garam di Kabupaten Probolinggo hingga kini masih minim. Pasalnya, masih turun hujan dan banjir rob masih terus mengintai di wilayah penghasil garam. Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo mencatat, hingga bulan juni masih 24 ton garam yang berhasil diproduksi.

Produksi garam di Kabupaten Probolinggo mayoritas masih mengandalkan cuaca. Terutama cuaca panas dan terik, bisa mempengaruhi produksi garam yang dilakukan petambak. Sayangnya beberapa pekan terakhir masih turun hujan sehingga produksi garam yang dilakukan oleh petambak tidak dapat dilaksanakan secara maksimal.

“Biasanya kemarau antara bulan Mei-Juni sudah mulai produksi. Tapi masih hujan. Beberapa kali kami coba produksi tapi gagal,” ujar Cung Hasan, slah satu petambak garam di Desa Penambangan, Kecamatan Pajarakan, Rabu (7/7).

Menurutnya, produksi garam hanya dapat dilakukan saat kondisi panas. Agar proses kristalisasi garam maksimal, tidak boleh terkena hujan. Sebab akan membuat butiran kembali mencair. “Kalau hujan ya ngulang dari awal, gagal produksi. Ini nampaknya mulai panas lagi, jadi saya coba memproduksi lagi,” katanya.

Sementara itu Kepala Bidang Perikanan Tangkap Diskan Kabupaten Probolinggo, Hari Pur Sulistiono mengatakan, tahun ini Kabupaten Probolinggo ditarget bisa produksi garam sebesar 22.000 ton. Penghasil garam di Kabupaten Probolinggo, tersebar di beberapa titik yakni Kecamatan Gending, Pajarakan, Kraksaan dan Paiton.

Cuaca yang tidak menentu terjadi di Kabupaten Probolinggo. Kondisi cuaca yang cepat berubah dapat menggagalkan proses kristalisasi garam. Petambak garam pun menjadi was-was untuk memproduksi garam. Untuk mengejar target produksi tidak hanya dilakukan secara konvensional. Tapi juga dengan upaya penambahan luasan tambak garam yang dilapisi geomembran agar produksinya lebih banyak. “Mayoritas petambak masih mengadalkan cuaca saat ini produksi baru 24 ton. itu pun hanya dari Desa Kalibuntu, desa lain mempersiapkan kembali karena rusak kena hujan,” ujarnya.

Selain mengganggu aktivitas warga di permukiman nelayan Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, banjir rob yang terjadi setiap bulan menjelang bulan purnama hingga usai bulan purnama hingga saat ini masih mengintai, juga berdampak pada proses produksi pertanian garam yang ada di desa setempat.

Sejumlah tanggul penahan masuknya air laut ke areal tambak garam milik petani garam di Desa Kalibuntu jebol usai diterjang banjir rob, saat ini masih berlangsung perbaikannya. Ketua Kelompok Petani Garam Kalibuntu Sejahtera 1, Suparyono, mengatakan ada sekitar 20 hektar tambak garam yang terdampak terjangan banjir rob.

Itu membuat lambatnya proses produksi garam setempat yang seharusnya dalam sepuluh hari sudah bisa panen, namun akibat banjir rob, masa panen garam molor menjadi dua puluh hari. “Biasanya dapat penghasilan setiap sepuluh hari, kalau seperti ini jadi nunggu duapuluh harian mas. Penyebabnya karena harus jaga tanggul juga, agar air laut tidak masuk,” tandasnya, Rabu (7/7).

Suparyono menyampaikan di tiap petak tambak garam berukuran 12×50 meter persegi bisa menghasilkan garam sebanyak 7-8 ton dengan harga mencapai Rp500 ribu. Dengan terjadinya banjir rob tersebut, secara otomatis pekerja tambak garam terpaksa sementara waktu tak gajian atau memperoleh penghasilan.

“Ya semoga saja ada solusi dari pemerintah terkait perbaikan tanggul di sekitar tambak. Karena yang sekarang tanggulnya kurang tinggi,” kata Suparyono. Ditambahkannya jika puncak terjangan banjir rob di desanya diprediksi terjadi setiap bulan purnama. “Banjir rob ini merupakan peristiwa musiman yang kerap terjadi di sini. Biasanya terjadi ketika menjelang bulan Juni hingga Desember,” ungkapnya.

Naiknya air laut sendiri menurut Hendra, sudah terjadi sejak tanggal 11 dan diprediksi esok hari hingga tanggal 15 jawa masih akan terjadi kembali. “Mulai itu banjir rob terjadi, kalau tingginya antara sedengkul sampai sepaha orang dewasa, tergantung tempatnya. Kalo dekat sungai, ya dalam,”kata Hendra.

Sedangkan di Desa Sidopekso, naiknya air laut ke daratan membuat lahan tambak ikan dan garam milik warga jebol setelah diterjang derasnya banjir rob. Warga pemilik tambak hanya bisa pasrah areal tambaknya jebol. Tambak garam maupun tambak ikan seluruhnya tak dapat diselamatkan dan dipastikan gagal panen.

Seperti diungkapkan Misbahul Anam. Pemilik tambak bandeng seluas 1 hektar ini mengaku ikan bandeng yang dirawatnya habis terbawa terjangan banjir rob. Anam mengaku rugi puluhan juta rupiah karena saat ini semestinya sudah waktunya panen.

“Semuanya sudah habis, Pak. Baik tambak garam, bandeng, dan udang sudah gagal panen di sini. Ya, cuma bisa pasrah, mau gimana lagi tambaknya sudah jebol begini,” katanya.

Menurutnya, di Desa Sidopekso tak hanya tambak miliknya yang jebol diterjang banjir rob, tetapi juga tambak warga lainnya juga terdampak banjir rob. Berdasarkan informasi BPBD Kabupaten Probolinggo, kondisi perairan laut utara Probolinggo mengalami kenaikan gelombang berkisar antara 0,5 sampai 1,25 meter. Warga diimbau selalu waspada dan menjaga kesehatan serta kebersihan mengingat banjir rob kemungkinan akan kembali menerjang kawasan perkampungan penduduk yang berada di tepian pantai utara Probolinggo, tambahnya.(Wap)

Tags: