Kemendikbud Jangan Bikin Gaduh Pendidikan di Daerah

Nganjuk Ikut Tolak
Sedikitnya tiga ribu santri dan guru yang berasal dari 600 madrasah diniyah, taman  pendidikan Alquran dan pondok pesantren se-Kabupaten Nganjuk menggelar aksi menolak pelaksanaan Full Day School. Dalam aksinya mereka menandatangani petisi pada kain putih sepanjang sepuluh meter.
Berdatangan dengan menggunakan berbagai alat transportasi seperti mobil station, truk dan pikap, ribuan santri dari berbagai penjuru Kabupaten Nganjuk berkumpul di Masjid Agung Nganjuk.
Setelah sempat melakukan istighasah dan doa bersama, para santri lantas menggelar orasi di depan Masjid Agung Nganjuk. Sekretaris Lembaga Pendidikan Maarif  Nahdlatul Ulama (LP Maarif)  Zaenal Arifin mengatakan pihaknya melangsungkan aksi demonstrasi untuk memprotes kebijakan Full Day School. “Full Day School yang diterapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak didasaran pada kajian dan konsep pendidikan yang terarah,” tegas Zaenal Arifin dalam orasinya.
Selain itu, dikatakan  Zaenal Arifin, penerapan Full Day School hanya mempertimbangkan pemenuhan jam kerja saja. Dikatakan juga, bahwa penerapan Full Day School akan menghilangkan hak anak untuk mendapatkan pendidikan agama secara kaffah yang selama ini tidak diperoleh di sekolah. “Yang lebih penting lagi, penerapan Full Day School akan mematikan madrasah diniyah, TPQ/TPA yang selama ini melengkapi pendidikan agama di sekolah,” terang Zaenal Arifin.
Dari pernyatan sikap tersebut, para santri dan guru madrasah diniyah menuntut kepada Presiden RI dan Mendikbud untuk mencabut peraturan Full Day School yang rencananya akan diterapkan pada tahun ajaran baru mendatang.
Di tempat yang sama, sebelum ribuan santri tanda tangan, Wakil Bupati Nganjuk KH Abdul Wakhid Badrus adalah orang pertama yang membubuhkan tanda tangan di atas kain putih sebagai tanda penolakan Full Day School. ” Lembaga madin,TPQ dan TPA adalah lembaga pencetak karakter anak bangsa. Sudah banyak pahlawan negara ini dididik ilmu keagamaan. Maka pemerintah harus lebih bijak dan tetap berkaca pada sejarah,” tandas Abdul Wahid Badrus usai tanda tangan.
Ditegaskan Abdul Wahid Badrus, bahwa madrasah diniyah sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Jadi peran madrasah kepada bangsa dan masyarakat sangat besar, sehingga sangat ironis jika pemerintah merumuskan sistem pendidikan Full Day School maka sama saja tidak memberi waktu anak untuk belajar agama lewat madrasah. ” Sistem pendidikan Full Day School harus dicabut,  ini pernyataan sikap yang tidak bisa ditawar -tawar lagi ,” tegas Abdul Wahid.

Tags: