Kenaikan BBM Picu Inflasi Jatim 2,38 Persen

InflasiPemprov, Bhirawa
Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi salah satu pemicu tingkat inflasi di Jatim  pada Bulan Desember 2014 mencapai 2,38%. Sumbangan inflasi itu membuat laju inflasi tahunan di Jatim mencapai 7,77%. Tingkat inflasi tahunan di Jatim ini, lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi nasional selama 2014 yang tercatat sebesar 8,36%.
Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi pada akhir 2014 lalu adalah adalah bensin, beras, angkutan dalam kota, tarif listrik, cabai rawit, cabai merah, telur ayam ras, pasir, solar, dan angkutan antar kota.
Kepala BPS Jatim, Sairi Hasbullah mengatakan, dampak kenaikan harga BBM pada 18 November 2014 masih terjadi pada tarif angkutan dan komoditi yang menggunakan jasa angkutan dalam pendistribusiannya.
‘’Desember lalu, BBM atau bensin mengalami inflasi 12,66% dan menjadi komoditas dengan sumbangan inflasi paling tinggi, mencapai 0,62%. Disusul kemudian dengan beras yang mengalami inflasi 4,68% dan menyumbang inflasi sampai 0,2% pada bulan ini,’’ kata Sairi, ketika dikonfirmasi Minggu (4/1) kemarin.
Selain BBM dan komoditas yang terkait langsung, kenaikan inflasi Bulan Desember lalu juga dipengaruhi komoditas lain yang tak berkaitan langsung dengan BBM seperti cabe rawit dan cabe merah yang masing-masing menyumbang inflasi 0,09% dan 0,07%. Selain itu, dampak kenaikan tarif listrik Bulan November 2014 terjadi pada pelanggan listrik pasca bayar di Bulan Desember 2014. Listrik menyumbang inflasi sebesar 0,12%.
Sementara itu, Kota Kediri pada Bulan Desember 2014 juga mengalami inflasi sebesar 2,52% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 118,96 dibanding dengan IHK November 2014 sebesar 116,04.
Dari delapan kota IHK di Jatim, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terdapat di Kota Malang sebesar 2,72%, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Probolinggo yaitu sebesar 2,15%.
Menurut Kepala BPS Kota Kediri, Firda, Inflasi Kota Kediri berada di posisi tertinggi keempat setelah Malang, Jember, dan Sumenep. ‘’Inflasi di Kota Kediri terjadi karena adanya kenaikan harga pada seluruh kelompok pengeluaran,’’ kata Firda
Firda menjelaskan, hal ini ditunjukkan kenaikan indeks seluruh kelompok pengeluaran, yakni kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 5,36%, kelompok Bahan Makanan sebesar 3,85%, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar sebesar 1,47%, kelompok Sandang sebesar 1,30%.
‘’Adapun kelompok Kesehatan sebesar 0,80%, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,59%, dan kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga sebesar 0,31,’’ jelasnya
Sedangkan komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri pada Bulan Desember 2014 adalah Bensin, Beras, Kacang Panjang, Bahan Bakar Rumah Tangga, Cabai Merah, Angkutan Antar Kota, Tarif Listrik, Daging Ayam Ras, Cabai Rawit, dan Solar.
Sementara untuk komoditas yang memberikan tekanan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri pada Bulan Desember 2014 adalah Salak, Semangka, Jeruk, Anggur, Nangka Muda, Tongkol Pindang, Ketimun, Kol Putih/Kubis, Melon, dan Kelapa.
Inflasi Kota Kediri pada bulan Desember 2014 sebesar 2,52% dan inflasi tahun kalender sebesar 7,49%, sedangkan inflasi periode  year on year  (Desember 2014 – Desember 2013) mencapai  7,49%,’’ tandasnya. [rac.van]

Tags: