Kru Taman Budaya Jatim Ziarah Makam Cak Durasim

Bersama sejumlah staf, Kepala UPT Taman Budaya Jawa Timur Sukatno memanjatkan doa dan menaburkan bunga di makam Cak Durasim, Senin (21/5).

Surabaya, Bhirawa
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-110 tandai oleh kru UPT Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) dengan berziarah ke tokoh legendaris ludruk Cak Durasim di pemakaman Tembok Surabaya, Senin (21/5).
Bersama sejumlah staf, Kepala UPT Taman Budaya Jawa Timur Sukatno memanjatkan doa dan menaburkan bunga di makam yang dihiasi oleh patung dada Cak Durasim itu. Entah siapa yang melakukannya, patung itu kini diberi warna-warni cat.
Dalam sejarahnya, memang Cak Durasim menjadi korban penjajah Jepang karena perlawanannya yang dilakukan dengan menggunakan media ludruk. Kidungannya yang terkenal Bekupon Omahe Doro itulah yang menjadi pemicu sehingga tentara Jepang kemudian membunuhnya.
Nama Cak Durasim digunakan sebagai nama Gedung Kesenian di kompleks TBJT. Tanggal 20 Mei dipilih karena pada tanggal tersebut, tepatnya pada 1978 Taman Budaya Jawa Timur (waktu itu bernama Taman Budaya Surabaya) berdiri, sebagai institusi yang langsung berada di bawah koordinasi Direktorat Jendral Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun ini tepat berusia 40 tahun.
Sementara itu, di kompleks pemakaman yang sama, terdapat sejumlah seniman ternama dimakamkan, di antaranya budayawan Krishna Mustajab, penyanyi Vicky Fendi, musisi Slamet Abdul Sjukur, penyanyi Gombloh, dan menurut catatan Isfanhari, pengamat musik Jatim, di sini juga terdapat makam Dimas Hamzah (juara Bintang Radio Televisi Nasional, dan ketua Papikop/Persatuan Artis Kota Pahlawan), Sulbani (pemain flute terkenal pada 60-an), Djuki (Dirigen pribumi pertama jaman Radio Nirom), dan M Chanan (pemain saxophone terbaik dijamannya 1935-an).
Di samping itu, juga terdapat makam wartawan dan pemerhati budaya Jawa, yang biasa dipanggil Pak Petruk. Serta terdapat pula makam KH Ridlwan Abdulloh, pencipta lambang Nahdatul Ulama. [rac]

Tags: