Melihat Program Peningkatan Kearifan Lokal di SMAN 1 Panji

Wakil Kepala Bidang Humas Ismail bersama guru serta siswa SMAN 1 Panji saat mengikuti program Laris Manis. [sawawi]

Realisasikan Pendidikan Berkarakter, Ajak Siswa Sukseskan ‘Laris Manis’

Kabupaten Situbondo, Bhirawa
SMAN 1 Panji (SMAJI) saat ini dikenal sebagai salah satu sekolah berkarakter di Kabupaten Situbondo. Salah satu upayanya, SMAJI selalu menjaga nilai-nilai luhur Pancasila tetap hidup lestari demi keutuhan bangsa. Ini dikemas dalam program ‘Laris Manis’, sebagai cikal bakal perwujudan kearifan lokal.

Pagi kemarin, aula SMAJI dipenuhi siswa dan sejumlah tenaga pendidik. Ternyata ditempat itu sedang digelar sebuah acara peningkatan kearifan lokal yang digalakkan lembaga pendidikan yang kini dipimpin Gatot Dwi Pujihandoko.

Sekolah tersebut dikenal konsisten melaksanakan kegiatan seni budaya tingkat lokal. “Ya di tempat sekolah ini berada, berbagai kebudayaan, adat istiadat berjalan sangat hidup dan selalu bergeliat,” aku Ismail, Waka Humas SMAJI.

Ismail mengatakan, seiring kemajuan zaman dan globalisasi dalam berbagai bidang telah membawa dampak dan akibat tersendiri bagi kelangsungan budaya lokal. Misalnya saja budaya lokal Situbondo yang mayoritas memiliki adat dan budaya Madura yang diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia.

“Salah satunya diwujudkan dalam bidang perkawinan atau pernikahan. Kami mengusung tema kearifan lokal ini dalam pembelajaran P-5 di SMAN 1 Panji dan dikemas sebuah kegiatan aksi sosio drama bertajuk Laris Manis,” tutur Ismail.

Ikon Laris Manis ini, lanjut Ismail, dikenal sebagai brand kegiatan bernama La Lamaran, Siaran Parlo, Macapat. Kegiatan pernikahan adat Situbondo digelar di sekolah karakter SMAJI selama 1 pekan. Kegiatan ini mulai dilaksanakan mulai Senin (16/10) dan berakhir pada Jumat (20/10) tepat jam 16.00 wib. “Program penguatan karakter ini mendapatkan dukungan penuh dari siswa, pendidik, pengurus komite serta orang tua wali murid. Alhamdulillah berjalan dengan sukses dan lancar,” aku Ismail.

Disisi lain, Gatot Dwi Pujihandoko, selaku Kepala SMAN 1 Panji, Kabupaten Situbondo menerangkan, aksi sosio drama tersebut menekankan pada alur dalam sebuah pernikahan di Kabupaten Situbondo. Selain prosesnya dipenuhi dengan suasana penghayatan, juga dibumbui karakter yang menarik dalam setiap proses.

Pertama, ujar Gatot, diawali dari muqaddimah dari seorang pembawa acara, adegan peran dan dilanjutkan dengan lamaran. Setelah itu baru proses penentuan hari pelaksanaan pernikahan. “Kedua mempelai juga melibatkan pertimbangan “orang pintar”. Dilanjutkan dengan rombongan “besan” yang membawa serangkaian makanan, pakaian untuk calon mempelai wanita,” terang Gatot.

Mantan Plt Kepala SMAN 1 Besuki itu melanjutkan, selanjutnya siswa dilatih untuk berani berbicara di depan umum sehingga ketika terjun di tengah masyarakat bisa berguna bagi orang lain. Gatot juga mengkisahkan adegan lain dengan kegiatan “ulem-ulem” oleh tuan rumah kepada para tetangga, saudara dan handai taulan.

Tujuannya adalah mengharap bantuan tenaga dan pikiran serta kehadiran dalam acara pernikahan yang harinya sudah ditetapkan. “Khusus untuk Tattarop dan palappa” menempati adegan selanjutnya yaitu kegiatan gotong royong oleh undangan untuk memasang tenda dan membuat bumbu makanan pesta pernikahan,” ujar mantan Wakasek SMAJI itu.

Gatot melanjutkan, agenda Laris Manis selanjutnya memasuki acara “Penyembelihan” hewan. Dimana sehari sebelum hari pesta pernikahan, diisi dengan adegan pemotongan sapi secara bersama-sama oleh kaum adam. Kemudian dilanjutkan dengan walimah yang berisi akad nikah secara agama.

Khutbah nikah dan lantunan sholawat dengan iringan hadrah menjadi agenda utama serta menjadi fenomena khas dalam setiap pernikahan. Adegan selanjutnya adalah siaran parlo yaitu membaca dengan mik dan sound dari seluruh sumbangan para tamu yang hadir. “Ini diberi nama “koleman” atau kondangan,” tegas Gatot.

Disana, sambung Gatot, ada sumbangan baru atau uang kembalian. Terdapat pro kontra atas adat siaran parlo ini, namun melalui aksi sosio drama ini diharapkan siswa dpat mengambil hikmah tentang hal yang layak dan hal yang tidak perlu dicontoh.

“Aksi spesial dalam penampilan aksi sosio drama ini beradegan “bertengkar” antara tuan rumah dengan tamu undangan yang menyumbang karena tidak sesuai dengan sumbangan tuan rumah. Apabila tuan rumah pernah menyumbang 5.000 pada 10 tahun yang lalu, maka pengembaliannya tidak lagi 5.000. Itu karena disesuaikan dengan harga bahan pokok saat ini,” jelas Gatot.

Dalam agenda program Laris Manis itu, tutur Gatot, ada pemandangan yang tak kalah heboh. Yakni, adanya kebiasaan yang ada ketika terjadi perceraian maka seluruh barang yang pernah dibawa oleh mempelai pria akan diambil kembali. Kata Gatot, adegan program ini diperankan penuh oleh siswa kelas X-7 yang berhasil menyuguhkan rangkaian proses mulai lamaran sampai pesta pernikahan serta menampilkan adegan refleksi. “Ini sangat surprise sekali,” pungkas Gatot.

Ika Maria, ST selaku wali kelas menuturkan bahwa proses kegiatan tersebut didukung penuh seluruh siswa dan orang tua.

Ika Maria mengaku bersyukur karena orang tua siswa sangat respek atas suksesnya kegiatan tersebut. Mulai dari sumbangan menyiapkan pisang, bantuan kue dan makanan, disediakan dengan penuh suka cita dan demi mendukung suksesnya program penguatan karakter Laris Manis. “Kami berharap siswa mampu memahami tradisi yang berlaku sehingga dapat mengambil sikap yang layak diteruskan atau sebaliknya harus ditinggalkan,” tegas Ika Maria.

Disisi lain Amel, Koordinator P-5 menerangkan seluruh rangkaian aksi sosio drama yang dilakukan oleh seluruh siswa kelas X berhasil dilakukan secara bergantian. Dalam 1 hari terdapat 2 penampilan dengan penonton dari 2 kelas yang notabene belum tampil.

Adapun tujuan aksi sosio drama ini, aku Amel, untuk menjaga kekayaan budaya lokal bisa dipahami dengan baik. “Banyak karakter yang ingin dicapai dalam kegiatan ini. Salah satunya gotong royong, integritas dan kerja sama antar seluruh siswa ketika melakukan rangkaian aksi pernikahan adat Situbondo. Semoga dengan aksi ini, adat Situbondo tetap lestari hingga anak cucu,” pungkas Amel seraya mengajak tetap semangat menjaga kearifan local. [sawawi]

Tags: