Oleh :
Idatus Sholihah
Hujan jatuh di suatu sore
Menimpa keras namamu
Membentur beku pada batu
: kupecah
Sebelum habis malam
Kata tetua, ritualkan
Kukremasi
Beserta bau dupa-dupa
Lalu jasadmu jadi abu
Pada laut
Kularungkan
Guci abu dan kenangmu
Juga gemuruh dadaku
Doa-doa akan dikirim pada siapa?
2020
Selepas hujan
Kubiarkan mata menyala
Dalam sapuan tipis kabut
Samar, lekat dengan jejakmu
Disapu bekas hujan
Petrikor,
Adalah kerinduan yang selalu datang
Menyatu dalam tubuhmu
Hingga rindu-rindu ditabuh
Air mata tumpah
Duka-duka menyembul di antara anak mata
Kemana diratapkan?
Pada goa atau jalanan gunung yang tidak ada manusia?
Semua segera gugur
Dihempas dan diterabas
2020
Apa yang patut kucintai lagi selain keheningan?
Dieratkannya telepati
Yang membawamu sampai jauh
dari bilik berisik
Disalinkan tawa bias
Dan pintu yang ditutup bergegas
2020
Sebelum dadamu bergetar
Kutanyakan lagi,
Masihkah hatimu bergemuruh?
Pada waktu yang membiarkan kita pisah,
Di pelabuhan yang tetiba sepi.
Dilepaskan kepergian dengan banyak dendam
2020
———– *** ————–
Tentang Penulis:
Idatus Sholihah
Lahir di Tuban. Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Trunojoyo Madura. Editor dan penulis lepas serta penikmat sastra.