Menumbuhkan Spirit Kesetiakawanan Sosial Bagi Korban Bencana

Oleh :
Oman Sukmana
Guru Besar Sosiologi, Ketua Prodi S3 Sosiologi dan Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial, FISIP-UMM

Setiap tanggal 20 Desember diperingati sebagai Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN). Kementrian Sosial (Kemensos) menetapkan bahwa pada peringatan HKSN tahun 2022 ini tema yang disung adalah “Bangkit Bersama Membangun Bangsa”. Maksud dari tema HKSN 2022 ini adalah untuk mendorong satu sama lain ke arah yang lebih baik, demi terwujudnya cita-cita Indonesia untuk pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat.

Menurut penulis, tema HKSN 2022 ini menjadi penting dalam upaya memulihkan kondisi masyarakat, baik kondisi social, ekonomi, psikologis, dan sebagainya, yang selama ini terpuruk sebagai akibat dampak dari Covid-19 dan berbagai bencana. Disadari bahwa upaya yang dilakukan dalam memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat harus dilakukan secara bersama-sama dan terintegrasi. Kolaborasi semua stakeholders, baik pemerintah, masyarakat, swasta, dan sebagainya dalam proses recovery pasca Covid-19 dan pasca bencana adalah sebuah keniscayaan.

Kesetiakawanan sosial pada hakikatnya merupakan suatu kemauan untuk bersatu dalam solidaritas sosial, kesamaan nasib, dan saling peduli dan berbagi yang dilandasi kerelaan, kesetiaan, toleransi, dan tidak diskriminasi dalam membangun persaudaraan masyarakat majemuk Indonesia. Sebagaimana dinyatakan oleh seorang filsuf Yunani Kuno yakni Aristoteles (384-322 SM) bahwa pada prinsipnya manusia itu adalah makhluk zoon politicon, yang artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dengan sesame manusia lainnya dalam suatu masyarakat. Karena sifatnya ingin bergaul satu sama lain, maka manusia disebut itu sebagai makhluk sosial.

Dilansir dari situs Kementrian Sosal RI, disebutkan bahwa sejarah Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) bermula ketika Kementerian Sosial mengadakan Penyuluhan Sosial pada bulan Juli 1949 bagi tokoh-tokoh masyarakat dan Kursus Bimbingan Sosial bagi Calon Sosiawan atau Pekerja Sosial, dengan harapan dapat menjadi mitra bagi pemerintah dalam menanggulangi dan mengatasi permasalahan sosial yang sedang terjadi. Penyuluhan dan Kursus Bimbingan Sosial ini dilatarbelakangi oleh kondisi pascaperang mempertahankan kemerdekaan yang terjadi dari tahun 1945 hingga 1948 yang mengakibatkan masalah sosial semakin bertambah. Kemensos juga menyadari bahwa untuk menanggulangi dan mengatasi permasalahan sosial tersebut diperlukan dukungan menyeluruh dari unsur masyarakat.

Spirit nilai kesetiakawanan sosial diadopsi dari peristiwa bersejarah bersatunya seluruh lapisan masyarakat Indoensia untuk mengatasi permasalahan dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. Peristiwa bersejarah tersebut yaitu terjadi sehari setelah tentara kolonial Belanda menyerbu dan menduduki Ibu Kota Negara Yogyakarta pada tanggal 20 Desember 1948. Maka tanggal tersebut oleh Kementerian Sosial dijadikan sebagai Hari Sosial, yang kemudian berubah nama menjadi Hari Kebhaktian Sosial, dan kemudian berganti lagi menjadi Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) yang diperingati setiap tahunnya. Selain itu, ditetapkannya HKSN juga dimaksudkan dalam rangka mengenang, menghayati dan meneladani semangat persatuan, kesatuan, kegotongroyongan dan kekeluargaan rakyat Indonesia yang bahu-membahu mengatasi permasalahan dalam mempertahankan kedaulatan bangsa atas pendudukan kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia oleh tentara Belanda pada 1948.

Dewasa ini kita bangsa Indonesia sedang menghadapi masalh bersama yakni keterpurukan akibat dampak Covid-19 dan peristiwa bencana yang terjadi hampir di seluruh wilayah NKR, baik bencana alam, non alam, maupun berncana sosial. Oleh karena itu melalui spirit HKSN 2022 kita tumbuhkan jiwa kesetikawakan sosial untuk “Bangkit Bersama Membangun Bangsa”. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Mengacu kepada survey yang dilkaukan oleh sebuah lembaga internasional independen, yakni Charities Aid Foundation (CAF), bangsa Indonesia dinobatkan sebagai bangsa yang paling dermawan (filantropis) di dunia. Hal ini tentu saja menjadi modal social yang sangat baik dalam mengembangkan kesetiakawanan social di Indonesia.

Charities Aid Foundation (CAF) adalah badan amal yang terdaftar (teregistrasi) di Inggris yang beroperasi di wilayah negara Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada. CAF secara rutin melakukan survey internasional bekerja sama dengan pihak perusahaan, donatur swasta, donor reguler, yayasan, pemerintah, badan amal, dan perusahaan nirlaba terkait peran mereka dalam memberikan sumbangan atau bantuan kemanusiaan. Tujuan utamanya adalah memastikan keterlibatan para stakeholders dalam mempercepat kemajuan dalam masyarakat menuju masa depan yang adil dan berkelanjutan untuk semuanya.

Hasil survey CAF menunjukkan bahwa pada tahun 2014, tingkat kedermawanan masyarakat Indonesia berada pada rangking 13 di dunia, sedangkan pada tahun 2017 meningkat menjadi rangking ke dua. Sejak tahun 2018 hingga tahun 2022 ini, Indonesia menduduki rangking pertama sebagai bangsa yang paling dermawan (filantropis) di dunia. Adapun aspek-aspek kegiatan kedermawanan (filantropis) yang disurvei diantaranya adalah jumlah penyumbang uang terbanyak, menolong orang tidak dikenal, dan meluangkan waktu untuk orang lain.

Mengacu kepada data World Giving Index 2022 (WGI 2022) yang diluncurkan oleh Charities Aid Foundation (CAF), pada tahun 2022 Indonesia dinilai sebagai negara paling dermawan selama lima tahun berturut-turut. Laporan tersebut mencatat, Indonesia berada di peringkat pertama dengan skor WGI sebesar 68%. Posisi kedua negara paling dermawan di dunia ditempati oleh Kenya dengan skor WGI sebesar 61%. Setelahnya ada Amerika Serikat yang memiliki skor WGI sebesar 59%. Australia berada di urutan selanjutnya dengan skor WGI sebesar 55%. Kemudian, Selandia Baru dan Myanmar masing-masing memiliki skor WGI sebesar 54% dan 52%. Sierra Leone dan Kanada berada di urutan tujuh dan delapan dalam daftar ini. Kedua negara tersebut sama-sama memiliki skor WGI sebesar 51%.

Maka, melaluin spirit HKSN dan potensi modal social kedermawanan bangsa Indonesia sekali lagi mari kita saling bantu untuk bangkit bersama dari keterpurukan akibat dampak Covid-19 dan bencana yang terjadi selama ini. Bersama kita bisa…

———- *** ———-

Tags: