Mudik Lewat Tol, Waspadai Pintu Keluar Kertosono

Saat peninjauan kemarin, Pakde Karwo didampingi Kepala Dishub Provinsi Jatim Dr Ir Wahid Wahyudi MT, Kepala Dinas PU Bina Marga Provinsi Jatim Ir Gatot Sulistyo Hadi MM serta Kepala Biro Humas dan Protokol Setdaprov Jatim Drs Benny Sampir  Wanto MSi.
Perlu diketahui, Tol Surabaya-Kertosono memanjang sejauh 78 km. Tol ini akan dimulai dengan tol operasional Waru-Sepanjang. Kemudian masuk ke tol fungsional Sepanjang-Krian. Lantas tol operasional Krian-Mojokerto, tol fungsional Mojokerto-Jombang, tol operasional Jombang-Bandar dan terakhir tol fungsional Bandar-Kertosono.
Pakde Karwo mengatakan untuk jalur fungsional, hanya diperuntukkan  kendaraan kelas I non bus dan non angkutan barang. Jalur tol dari Surabaya-Mojokerto direncanakan mulai dibuka 19 – 26 Juni 2017. Sedangkan, dari arah Mojokerto-Surabaya 27 Juni – 3 Juli 2017.
Kepada para pengendara, Pakde Karwo meminta agar menjalankan laju kendaraannya sekitar 40-50 km/jam khususnya untuk jalan yang masih fungsional.  Ia menilai saat ini kondisi ruas tol telah siap digunakan dan telah dilakukan pengaspalan jalan yang dirasa cukup mulus.
Begitu juga, jembatan balley yang ada di daerah Kertosono sudah dapat difungsikan. Meskipun, belum sepenuhnya proses pengerjaan jalan selesai, di sisi kiri dan kanan jalan pembatas jalan juga belum sepenuhnya terbangun. Tentang rencana diberlakukannya tarif sebesar Rp1.500 untuk ruas tol operasional Waru-Sepanjang, Pakde Karwo akan mengusulkan agar digratiskan, sehingga tidak membebani masyarakat.
Dalam cek kesiapan akhir jalan tol ini, selain meninjau jalan Tol Surabaya-Kertosono, Pakde Karwo juga menyempatkan mengecek jalan tol di Wilangan-Caruban yang menghubungkan Kabupaten Nganjuk dengan Kabupaten Madiun. “Meski sudah layak dan siap dipakai, namun saya ingin memastikan sekali lagi bahwa ruas ini nyaman dan aman dilalui pemudik,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dishub Provinsi Jatim Dr Ir Wahid Wahyudi MT menjelaskan, penggunaan tol di ruas tersebut hanya digunakan dari barat (Caruban) ke timur (Wilangan) agar tidak ada crossing dengan jalan arteri primer. “Sebab kalau memotong arteri maka ada penumpukan dan sangat rawan terhadap kecelakaan. Inilah mengapa jalur hanya digunakan searah, baik untuk arus mudik maupun balik,” katanya.
Menurut dia, adanya ruas tol itu juga sangat mengurangi kepadatan lalu lintas di kawasan Saradan karena terdapat empat perlintasan kereta api, ditambah jalan yang naik dan turun, serta berkelok. “Apalagi di sana juga termasuk kawasan hutan yang setiap musim arus mudik dan balik selalu terjadi kepadatan berjam-jam,” kata mantan Penjabat Bupati Lamongan tersebut.
Berdasarkan pantauan di lokasi, di ruas tersebut seluruh lapisan jalannya adalah cor dasar atau Lean Concrete (LC), kemudian di kanan-kirinya masih terdapat beberapa material yang menimbulkan debu. Pengendara diimbau lebih berhati-hati karena di beberapa titik kanan dan kiri merupakan kawasan perbukitan sehingga kecepatan maksimal kendaraan dibatasi 60 kilometer per jam. [iib]

Tags: