Pemkot Batu Alihkan Komoditas Petani Hutan

Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai saat melakukan sosialisasi alih komoditas petani hutan di kawasan wisata Bukit Jengkoang, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Kota Batu,Bhirawa
Pemerintah Kota (Pemkot) Batu berupaya untuk menyelamatkan eksistensi petani hutan. Karena kelompok petani yang akrab disebut ‘petani pesanggem’ ini kerab mengalami kerugian akibat sering mengalami gagal panen.

Untuk itu, Rabu (2/1) pemkot menggelar sosialisasi program alih komoditas petani hutan bertempat di kawasan wisata Bukit Jengkoang, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Dalam kesempatan ini Pemkot mensosialisasikan programnya untuk mengubah komoditas penyanggah hutan yang selama ini dikerjakan petani pesanggem.

“Pertemuan kita ini adalah wujud dari keinginan baik kita untuk meningkatkan taraf hidup petani hutan,” ujar Penjabat (Pj) Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai, Rabu (1/2).

Diketahui, selama ini petani pesanggem atau petani hutan ini sering mengalami kerugian karena sayur yang ditanamnya sering mengalami gagal panen. Dan untuk mengangkat kesejahteraan petani hutan maka pemkot melaksanakan program alih komoditas petani hutan. Hal ini juga sebagai upaya melestarikan kawasan hutan.

Selain itu, harga sayur yang dijual pun sangat murah sehingga tidak seimbang dengan besaran operasional yang dikeluarkan petani. “Seperti kita ketahui bersama harga sayur naik turun, karena itu kita alih komoditas dari pertanian sayur menuju tanaman kopi,” jelas Aries.

Ia berjanji bahwa pasca sosialisasi ini pemkot tidak akan lepas tangan. Pemkot akan terus melakukan penguatan, pendampingan budidaya hingga pendampingan pemasaran.

Aries optimis dengan membudidayakan kopi, petani pesanggem akan lebih sejahtera karena menanam tanaman yang memiliki harga pasti. Apalagi kebutuhan kopi di Kota Batu juga luar biasa atau tinggi.

Bukan hanya itu, wali kota mengatakan Pemkot Batu akan memberikan bantuan modal dan jaring sosial. “Kalau ada kendala segera laporkan kita, Pemkot Batu akan terus memantau perkembangannya,” tambah Pj wali kota.

Ditambahkan Kepala DP3AP2KB Kota Batu, Aditya Prasaja mengatakan bahwa harga sayur tidak bisa ditebak naik turunnya. Sementara untuk komoditas kopi harganya lebih stabil.

“Program ini adalah bentuk keinginan Pemkot Batu untuk mengangkat kesejahteraan Petani Pesanggem,” ujar Aditya.

Rencana Pemkot Batu ini disambut gembira Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kota Batu, Heru Setyaji. Ia juga membenarkan bahwa saat penanaman sayur di lahan pertanian hutan selama ini memang ada ketidakpastian.

Heru mencontohkan harga sayuran saat ini ada pada angka Rp 3000 per kilogram. Kemudian mengojek atau pengangkutan hasil panen petani harus mengeluarkab Rp100 ribu per kwintal.

“Dari situ saja petani sudah kehilangan Rp 1000, belum lagi kebutuhan operasional lain saat penanaman. Menanam kopi memang cukup menjanjikan,” ujar Heru. Dengan adanya alih komoditas ini ia meminta adanya pendampingan dari pemerintah dalam melakukan budidaya tanaman kopi sekaligus pemasaran hasil panennya.(nas.gat)

Tags: