Perum Bulog Bondowoso Ditarget Pengadaan Beras 12.500 Ton Setahun

Stock beras milik Perum Bulog Cabang Bondowoso, saat di tata di dalam gudang Bulog Kembang. [sawawi/bhirawa]

Bondowoso, Bhirawa
Perum Bulog Bondowoso yang meliputi Kabupaten Situbondo dan Bondowoso sudah melakukan pengadaan beras sejak Januari hingga April 2022. Dari kegiatan pengadaan tersebut, Bulog berhasi menghimpun beras gabah sebanyak 300 ton, selama kurun waktu empat bulan. Dalam setahun Bulog Bondowoso mendapatkan target pengadaan beras gabah sebanyak 12.500 ton.

Menurut Kepala Perum Bulog Bondowoso, Rudy Prasetya, pihaknya rutin melakukan penyerapan gabah beras milik petani dan penggilingan di dua Kabupaten yakni Situbondo dan Bondowoso. Untuk tahun 2022 ini, aku Rudy, melakukan pengadaan saat memasuki masa panen dan berbarengan dengan bulan puasa ramadan. “Ya kita sudah melakukan pengadaan di bulan puasa. Kita melakukan penyerapan gabah beras dari petani dan sudah masuk di gudang Situbondo,” jelas Rudy.

Masih kata Rudy, untuk target pengadaan beras tahun ini Perum Bulog Bondowoso angkanya cukup besar yakni sebanyak 12.500 ton setahun. Kedepan, urai Rudy, pihaknya akan terus berupaya keras untuk menghimpun beras gabah dengan harga di atas HPP. “Ya makanya sementara ini hasil pengadaan beras gabah agak kecil karena pembelian ke petani masih memakai HPP. Tetapi kita yakin pada bulan depan lebih banyak menyerap beras dan gabah lagi,” ungkap Rudy.

Saat ini, lanjut Rudy, harga tetap beras dipatok Rp 8.300 dengan taksasi sampai di gudang. Sedangkan khusus untuk harga gabah kering giling (GKG) dipatok Rp 5.300. Khusus serapan beras gabah selam empat bulan baru berhasil menghimpun 300 ton.

Namun angka sebesar itu, terang Rudy, Kabupaten Situbondo mampu menyerap beras gabah lebih banyak di banding Kabupaten Bondowoso. “Kami juga berupaya untuk mengadakan penyerapan komoditas lsektor yang ain,” jelas Rudy.

Rudy membeberkan, komoditas lain yang kemungkinan digarap diantaranya minyak goreng, jagung, telur dan daging. Namun semua komoditas diluar beras dan gabah itu, ungkap Rudy, masih menunggu keputusan dari pusat. Sedangkan komoditas migor, tuturnya, akan lebih condong pada pengadaan migor curah.

“Ya kita terus koordinasi dengan Pemkab Situbondo dan Bondowoso. Adapun khusus komoditas kedelai, kita terkendala tidak adanya Kopti di Situbondo. Sehingga pengadaan tahu tempe, sulit karena pengurusnya tidak ada. Untuk itu kita menunggu langkah Diskoperindag Kabupaten Situbondo agar membentuk Kopti seperti di Bondowoso,” pungkas Rudy.[awi.ca]

Tags: