Petani Bunga Krisan Panen Order

Foto: ilustrasi bunga Krisan

Foto: ilustrasi bunga Krisan

Tulungagung, Bhirawa
Sejumlah petani bunga krisan dan ester di lereng Gunung Wilis, Desa Geger, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Jatim, optimistis prospek usaha agrowisata bunga itu, mengingat kini mereka masih kesulitan memenuhi kebutuhan pasar lokal.
“Usaha persemaian dengan konsep agrowisata ini masih sangat mungkin berkembang, karena untuk memenuhi pasar lokal saja kami belum mampu. Jadi potensi (pasarnya) masih besar sekali,” ujar salah satu petani bunga krisan dan ester di lereng Gunung Wilis, Desa Geger, Bambang Sulis Winarto, Senin (2/1).
Jumlah petani bunga krisan dan ester yang biasa digunakan sebagai bunga hias untuk karangan bunga ataupun dekorasi pesta pernikahan ataupun acara-acara seremonial tersebut saat ini masih tergolong sedikit.
Di Tulungagung, sentra persemaian bunga krisan dan ester hanya ada di lereng Gunung Wilis, Desa Geger. Sejak dirintis sekitar lima tahun silam oleh kelompok aktivis keagamaan dan lembaga swadaya masyarakat, saat ini baru ada 40 orang yang tergabung dalam beberapa kelompok tani, dengan jumlah petak persemaian mencapai 13 unit rumah hijau atau green house.
“Satu unit green house bisa ditanami bunga krisan dan ester antara 5 ribu hingga 15 ribu batang. Penanaman biasanya tidak bersamaan dengan masa panen sekitar tiga bulan sekali,” terang Bambang.
Ia tidak merinci perbandingan antara volume pasokan dari sentra agrowisata dengan kebutuhan riil bunga krisan pasar lokal Tulungagung dan sekitarnya. Bambang hanya memperkirakan kemampuan pasokan bunga krisan dan ester untuk memenuhi pasar kembang tradisional setempat berkisar antara 50-60 persen.
Selebihnya pasokan diambil dari Kota Batu, Malang ataupun beberapa daerah lain. “Dengan panen yang hanya bisa tiga bulan sekali, tidak serempak, dan risiko gagal panen akibat serangan hama dan lain-lain, sementara permintaan hampir tiap hari, maka masih sulit memenuhi kebutuhan pasar lokal,” ujarnya.
Ia berharap, sentra agrowisata bunga krisan di wilayah Desa Geger bisa terus berkembang. Tidak hanya dengan menumbuhkan kelompok tani-kelompok tani, tetapi juga merangsang masing-masing individu petani maupun investor untuk lebih mengembangkan sentra persemaian bunga krisan tersebut di kawasan lereng Gunung Wilis.
Menurut Bambang, salah satu perangsang minat petani untuk beralih dari pertanian tradisional ke persemaian bunga krisan dan ester adalah bergantung pembinaan pemerintah daerah melalui dinas terkait.
“Pembinaan, pelatihan, serta bantuan modal usaha penting untuk merangsang petani agar lebih termotivasi dalam mengembangkan usaha persemaian bunga krisan dan ester yang masih memiliki pangsa pasar luas tersebut. Jangan hanya kelompok tani yang ‘diopeni” (dibina) tetapi juga individu-individu petani yang ingin mandiri,” kritik Bambang. [ant]

Rate this article!
Tags: