Putus Rantai Kemiskinan Melalui Pendidikan

Upaya untuk terus mengkualitaskan sektor pendidikan suatu bangsa di setiap negara menjadi suatu keharusan yang perlu dicermati oleh setiap pemeritahan di dunia, termasuk di Indonesia. Pasalnya, tidak dapat dipungkiri kehadiran kompetisi antarbangsa ke depan semakin ketat dan bangsa berdaya saing tinggilah yang berpeluang memenangkan persaingan. Sebaliknya, daya saing terbatas atau rendahlah yang justru berpotensi menyebabkan bangsa tersebut tertinggal.

Terlebih saat ini sektor pendidikan dan ketenagakerjaan saling berkelindan. Otomatis sangat dibutuhkan tenaga kerja yang kompeten dan melek teknologi untuk menjawab tantangan hari ini. Ditambah, lapangan kerja yang tersedia juga terbatas. Salah satunya, perlu terus menggencarkan sekaligus memberikan pendidikan vokasi, yang menekankan situasi pasar kerja, dengan lebih memperhatikan keahlian khusus yang perlu diberikan pada pendidikan. Dengan begitu melalui pendidikan peserta didik mampu dan memiliki kompetensi dan sertifikasi profesi. Sehingga, sangat logis jika pendidikan vokasi ini sangat diminati.

Hal itu terlihat dari peningkatan jumlah pendaftar di perguruan tinggi vokasi, baik di politeknik maupun akademi vokasi. Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 2023, terdapat lebih dari 2 juta siswa yang mengikuti pendidikan vokasi di lebih dari 4.000 sekolah menengah kejuruan (SMK) di seluruh Indonesia. Perguruan tinggi vokasi juga makin luas dan berkembang di Indonesia, dengan peningkatan jumlah perguruan tinggi vokasi dari sebelumnya 4.773 menjadi 4.810 pada 2023.

Oleh karena itu, pemerintah perlu terus mendorong pengembangan pendidikan vokasi guna menyiapkan lulusan yang siap diserap industri. Namun, kendati demikian tidak cukup itu saja. Pendidikan vokasi perlu cepat berbenah karena kebutuhan industri terhadap skill tenaga kerja juga terus berubah. Berangkat dari kenyataan itulah pendidikan meski bisa hadir untuk menjawab segala tantangan dan pendidikan di masa depan, sehingga meski perlu dimaksimalkan sebagai saranan yang sangat efektif untuk memutus rantai kemiskinan. Pemerintah meski terus memberikan pengawalan dan perhatian pada sektor pendidikan. Dengan begitu, paradoks investasi yang mengancam ketenagakerjaan di negeri ini bisa diatasi dan rantai kemiskinan bisa terputus di negeri ini.

Masyhud
Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Malang.

Tags: