Kampanye Hitam di Whatsapp Group

Oleh :
Jusrihamulyono A.HM
Trainer Pelatihan Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan (P2KK) PUSDIKLAT Pengambangan SDM UMM

Kehidupan manusia yang serba cepat dan muda dalam komunikasi sudah tidak diragukan lagi kinerja dari WhatsApp. WhatsApp atau dikenal dengan singkatan WA ini kerap menjadi salah satu aplikasi menghubungkan komunikasi semua orang tanpa batas lagi. Namun, bagaimana ceritanya jika dijadikan sebagai alat kampanye untuk menyebarluaskan info terkait capres-cawapres.

Bila melihat fitur yang ditawarkan oleh aplikasi ini juga beragam mulai chatting, video call, mengirim foto, dokumen, hingga lokasi menjadikannya sebagai aplikasi favorit. Tentu ini sangat membantu secara ringan biaya dan tenaga dalam menyebarkan pamflet-pamflet untuk merebut sebanyak mungkin suara rakyat. Jika melihat data pengguna WA di tanah air, ini memungkinkan untuk mempercepat merangkul suara rakyat dengan satu klik.

Melihat penggunaan berdasarkan negaranya (dataindonesia.id) serta data kominfo, jumlah pengguna Whatsapp paling banyak di India pada 2022, yakni 390 juta orang. Brazil menempati posisi kedua dengan pengguna Whatsapp sebanyak 148 juta sepanjang tahun lalu. Dilanjutkan, pengguna Whatsapp di Indonesia sebanyak 112 juta orang. Jumlah sangat memastikan dalam menyuarakan pasangan calon presiden dan wakilnya dengan kilat.

Mengakomodir suara di dunia media sosial dapat mempengaruhi kuantitas peluang memenangkan suara-suara rakyat. Dimana, beberapa pengguna merupakan yang tidak menguasai fitur-fitur aplikasi tersebut yang berpotensi menyebarluaskan tanpa terkontrol. Penggunaan yang banyak ini menjadikan WhatsApp group sebagai sasaran kampanye politik 2024. Hanya saja perilaku ini, membuat liarnya kampanye yang berpotensi saling serang dalam satu Group.

Dengan mengandalkan jari tangan ajaib untuk mengetik atau membuat gambar yang unik cukup untuk menaklukkan pembaca yang mampu memenangkan suara rakyat WhatsApp. Berdasarkan data The Digital Report 2021 yang dirilis Reuters Institute, mayoritas penduduk Indonesia sekitar 85% mengakses informasi politik dari ponsel pintarnya. Politik secara media sosial kebijaksanaan dalam menggunakan akal sehat dalam menyebarkan informasi.

Cukup dengan mengirim untaian kata-kata mutiara bijak terhadap salah satu Paslon dan kemudian dikirim ke Group WhatsApp akan mempengaruhi sebagian besar populasi pengguna WhatsApp. Dengan fitur cepat hanya dengan meneruskan pesan akan dibaca oleh pengguna lainnya. Jika ini terulang beberapa kali dan dengan group yang lain, ini tentu sangat menguntungkan para politisi mencari suara rakyat.

Abaikan Spam
Kerap kali terjadi konflik di media massa akibat tindakan politik yang berbeda disuarakan dalam WhatsApp group yang sama. Tidak sedikit yang awalnya teman menjadi renggang persahabatannya akibat ulah pajangan postingan politik. Banyak pesan yang masuk melalui WhatsApp group yang menampilkan sosok calon pemimpin yang terbaik untuk dipilih saat pemungutan suara nanti.

Perlu sebuah kebijakan dalam menggunakan WhatsApp group agar tidak terjadi permusuhan. Pertama, tidak menjadikan WhatsApp group sebagai lahan politik. Kedua, tidak menyebarkan luaskan informasi berkaitan dengan salah satu Paslon. Ketiga, menetralkan konten yang sensitif pada lingkaran yang menjatuhkan pilihan orang lain. Keempat, saling menghargai setiap pendapat tanpa harus mencaci maki. Kelima, WhatsApp group dijadikan saluran informasi positif. Keenan, setiap konten narasi tidak perlu dimasukkan ke dalam perasaan.

Beberapa langkah di atas sebagai upaya menetralisir kesenjangan sosial dalam dunia media sosial. Sikap menghentikan pemberitaan yang tidak jelas sumber kebenaranya, tidak menampakkan sikap mengunggulkan calon presiden tertentu di media sosial, akan mewujudkan sikap kedewasaan dalam menggunakan media sosial serta akan membantu penyelenggaraan politik 2024 yang murni. Mengabaikan kiriman pesan yang mengandung unsur politik bukan hal yang buruk, namun sebatas cara menetralkan WhatsApp group sebagai forum komunikasi yang berpotensi konflik.

Kampanye yang bijak tidak akan mengganggu suasana keharmonisan lingkungan seseorang. Perihal penulis dalam kaitannya ini yaitu mengajak para relawan pemenangan pemilu mencari suara tanpa harus kampanye spam di group dengan mengirimkan profil paslon yang berlebihan. Dimana seharusnya fungsi dari WhatsApp group memberikan informasi sesuai tujuan Group dibuat harus berubah fungsi akibat spam-spam yang berkeliaran bebas tanpa batas.

Kampanye Ringan
Bagaimana tidak, kampanye di WhatsApp group dapat dikatakan sebagai kampanye yang paling sederhana. Tanpa harus berpanas-panasan, berteriak, menghabiskan uang untuk memajang spanduk atau baliho di pinggir jalan. Semua dengan mudah dapat dijalankan melalui kecanggihan WhatsApp group. Fenomena mengirimkan pesan dengan isu calon presiden sudah mulai dirasakan sejak penanggalan kampanye oleh KPU dan akan terus mengirimkan pesan yang singkat hingga pemungutan suara.

Tidak ada larangan mengirim isu politik ke dalam WhatsApp group. Hanya saja ini peluang negatif terhadap hubungan komunikasi antara kolega dalam Group yang sama. Tidak adanya larangan ini, bukan berarti kebolehan menunjukkan pilihan terbaik kita atau mengajak secara persuasif untuk memilih pilihan yang sama lewat jalur spam. Semua kepala punya cara tersendiri memikirkan perbandingan pilihannya. Berdebat dalam forum WhatsApp group justru akan jauh terhadap berpikir logis yang saling menghargai dan menghormati.

Menghitung beberapa hari lagi agenda besar Indonesia menentukan nasibnya di tangan politik melalui pemungutan suara rakyat. Kampanye bagian penting dan penentu dalam mencuri perhatian saat pemungutan suara nanti. Kampanye yang netral akan berhadapan dengan kampanye liar. Tidak mudah untuk menyebarkan isu-isu yang tersebar luas di dalam whatsApp Group yang masuk kepada kita akan membantu kejernihan isu positif penyelenggaraan pemilihan akbar ini.

Tugas utama kita, menjadikan kampanye bagian untuk mempresentasikan gagasan calon presiden dengan periode lima tahun kedepan. Ide-ide yang disampaikan melalui WhatsApp Group terkadang banyak ditambahkan yang tidak menjadi gagasan utama sebagai bentuk pemanis para relawan pemenangan. Dengan demikian, menetralisir info-info tidak valid dapat dimulai melalui keaktifan menetralisir isu-isu yang berkembang dengan mengatasnamakan paslon tertentu di WhatsApp Group.

———– *** ————-

Rate this article!
Tags: