RS Surabaya Harus Miliki Klinik Stroke Center

Klinik Stroke CenterSurabaya, Bhirawa
Tingginya kasus stroke di Jatim seharusnya membuat rumah sakit memiliki Klinik Stroke Center. Data yang dihimpun Rumah Siloam telah menangani pasien stroke sebanyak 206 pasien, dan sebanyak 194 terselamatkan namun hanya 12 pasien yang meninggal, Pada tahun 2014, pasien stroke sebanyak 197 pasien, dari jumlah tersebut sebanyak 9 pasien meninggal, dan 188 pasien terselamatkan.
Dokter Spesialis Saraf Siloam Hospitals Surabaya, dr Yanna Saelan SpS mengatakan, keberadaan stroke centerĀ  bukan hanya ada ruangan khsusus penanganan stroke (stroke unit), tapi yang dinamakan stroke center itu adalah seluruh fungsi rumah sakit ikut membantu penanganan kasus stroke. Jika ada pasien yang masuk di rumah sakit dan diketahui pasien itu mengalami sakit stroke, maka rumah sakit dpat segera menangganinya.
”Dengan menggunakan bentuk kode khusus atau stroke code, sehingga seluruh unit yang terkait di rumah sakit, seperti unit laboratorium, radiologi, farmasi, dokter saraf, dan bedah saraf yang sudah terlatih khusus untuk menangani pasien stroke, dan siap memberikan prioritas bagi pengobatan kasus stroke ini,” ujar Yanna.
Dikatakannya, sekitar hanya 1% stroke disebabkan pendarahan dalam jaringan otak, resiko kematian lebih besar dari pada stroke akibat tersumbatnya pembuluh darah di otak. Sedangkan 85% stroke diakibatkan tersumbatnya pembuluh darah di otak, yang juga mempunyai resiko kematian dan kecacatan, tergantung dari besarnya pembuluh darah di otak yang tersumbat tersebut. ”Semakin besar pembuluh darah yang tersumbat, maka semakin luas dempak kerusakan dan makin besar komplikasi yang terjadi”. ujarnya.
Menurutnya, dengan kemajuan ilmu pengetahuan kedokteran, cacat pembuluh darah dapat dideteksi lebih awal, sehingga dapat ditangani sesegera mungkin. Dengan begitu, dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pendarahan maupun penyumbatan pembuluh darah di otak. Pada akhirnya, resiko orang terkena stroke dapat dikurangi.
“Tetap saja dokter tidak dapat berbuat banyak untuk menolong bila penderita stroke yang datang terlambat atau sudah mengalami komplikasi, karena jaringan otak yang tidak mendapat aliran darah yang memadai akan segera mati, dan tidak akan tumbuh sel otak baru sebagai gantinya, maka untuk itu bagi penderita stroke “time is brain” (hilang waktu, hilang haringan otak),” paparnya.
Tidak semua pendarahan yang terjadi di otak penaganannya harus dioperasi. Dengan melihat luasnya pendarahan dapat diduga seberapa cepat penderita akan masuk dalam kondisi koma, namun kalau pasien datang lebih awal dan kondisi pasien masih lumayan baik, sehingga masih dapat dilakukan tindakan operasi, supaya jumlah darah dapat dikurangi. Dengan begitu, resiko kematian juga dapat ditekan. [dna.ma]

Tags: