Tingkatkan Pemahaman Matematika, Sasar Guru sebagai Desain Pembelajaran

Merubah metode pembelajaran matematika yang menyenangkan, guru SD dan Madrasah antusias mengikuti TOT program Tasdrik Matematika yang digelar Unusa dan NU Circle.

Surabaya, Bhirawa
Numerasi dan Literasi jadi fokus pemerintah dalam peningkatan kualitas pendidikan. Sayangnya, pemahaman kedua kompetensi pembelajaran ini masih rendah. Hal inilah yang kemudian menjadi fokus Universitas Nahdlatul Ulama (Unusa) bersama NU Circle dan Paragon Corp menggelar Training of Trainer (TOT) Program Tadris Matematika.
Menurut Ketua Umum NU Circle, Dr R Gatot Prio Utomo ST MT, berdasarkan hasil Pengukuran PISA (Programme for International Student Assessment), suatu studi internasional di bidang pendidikan yang diselenggarakan OECD (organisasi internasional bidang kerja sama dan pembangunan ekonomi), menyebutkan dua dari tiga siswa sekolah membenci pelajaran matematika atau numerasi.
Karenanya, dalam pelatihan ini akan difokuskan kepada guru SD yang merupakan guru matematika. Harapannya peserta bisa memahami cara mengajarkan matematika yang baik dan menyenangkan, sehingga ke depannya bisa mengajarkan ilmu ini kepada guru matematika lain.
“Melalui pengajaran matematika yang baik dan menyenangkan, maka generasi ke depan bisa lebih baik, karena bagaimana pun ilmu dan teknologi butuh matematika. Jika generasi muda kita senang dengan matematika, maka ke depan akan lebih baik bangsa ini,” ucapnya.
Dalam kegiatan ini, sebanyak 80 perserta berasal dari guru SD dibawah naungan Lembaga Pendidikan (LP) Maarif Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Lamongan, serta Bojonegoro. Selain itu ada dari sekolah dasar mitra Unusa dan mahasiswa Unusa. Pelatihan ini dilakukan mulai 9 hingga 14 April 2022.
Melalui pelatihan TOT ini, NU Circle berharap, semua guru sekolah dasar yang ada di bawah naungan LP Maarif bisa memberikan ilmu yang diperoleh ke sesama guru, sehingga pelatihan ini tidak hanya untuk siswanya saja, tapi guru matematika lainnya.
“Goal besarnya bisa mencetak generasi emas untuk Indonesia,” jelas Gatot.
Sementara itu, Master Trainer Gernas Tastaka, Siti Andriani menjelaskan, dalam TOT peserta atau guru dikenalkan pada beberapa pendekatan proses yang disesuaikan dengan pola pikir anak.
“Kami akan kenalkan pendekatan kongkrit gambar abstrak yang dapat membantu para guru, karena matematika jika diajarkan dengan cara benar dan menyenangkan tidak lagi menjadi momok yang menakutkan,” jelasnya.
Andri melanjutkan, mengajarkan matematika itu harus disesuaikan dengan pola pikir anak urutannya melalui proses gambar, kongkrit, baru ke abstrak. Pada belajar bilangan juga harus sesuai dengan kepekaan dan keterampilan. Lebih lanjut, dalam konteks pelatihan ini guru diajarkan untuk mendesain pembelajaran bagi siswa.
“Jadi ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam cara mengajar matematika agar siswa bisa memahami dan senang. Ini semua akan diberikan dalam TOT yang akan berlangsung selama lima hari atau 36 jam tatap muka,” ucapnya.
Rektor Unusa Surabaya, Prof Dr Ir Achmad Jazidie M Eng, menambahkan sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi, maka penguasaan matematika sangat diperlukan.
“Sasarannya siswa SD karena bagian dari pembentukan generasi emas, sehingga dengan menguasai matematika kita bisa bersaing dengan negara lainnya,” ucapnya.
Wakil Rektor I Unusa, Prof Kacung Marijan PhD berharap, melalui TOT guru – guru matematika bisa mengajarkan matematika kepada siswa dengan cara asik dan menyenangkan.
“Dipilihnya kelompok guru, harapannya bisa menularkan kepada guru matematika lainnya di kota asal para peserta. Selain itu
Sejak awal Unusa memang menaruh perhatian untuk pendidikan dasar. Bahkan di kampus kami itu, FKIP nya PAUD dan PGSD. Jadi kami berharap pelatihan ini bisa mengubah model dan pola pembelajaran, agar siswa ataupun guru mudah memahami matematika,” tandasnya. [ina.fen]

Tags: