Bangun Kerjasama Pentahelix, Perluas Pengembangan Destinasi

Suasana malam di Wisata Sumber Gempong yang memadukan konsep wisata air dan persawahan. Wisata ini merupakan pengembangan destinasi dari Taman Ghanjaran oleh Pemerintah Desa Ketapanrame.
Sumber Foto: @sumbergempong.id

Geliat Desa Ketapanrame Bangkitkan Ekonomi Kerakyatan Lewat Pariwisata (Bagian II)
Mimpi besar membangun destinasi wisata di Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto mulai terlihat wujudnya. Berbagai kesulitan yang semula dihadapi, kini seolah sudah ada kunci jawabannya. Dukungan pun terus mengalir dari berbagai pihak untuk menghadirkan desa wisata yang berdaya saing unggul, demi tercapainya kesejahteraan masyarakat desa.

Oleh:
Adit Hananta Utama, Kabupaten Mojokerto
Kehadiran Taman Ghanjaran di Desa Ketapanrame tak hanya menjadi destinasi wisata yang menarik datangnya pengunjung. Lebih dari itu, Ghanjaran telah menjadi pintu masuk dari berbagai energi positif untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. Hal itu dapat terlaksana lantaran kerjasama pentahelix yang berhasil dibangun antaran pemerintah, masyarakat, perguruan tinggi hingga dukungan dari perusahaan.

“Kami bersama Universitas Surabaya (Ubaya) telah bekerjasama selama dua periode ini. Setiap periode berjalan selama tiga tahun. Pendampingan yang dilakukan mulai dari peningkatan kualitas SDM, pendampingan UMKM maupun penguatan manajemen pariwisata,” jelas Kepala Desa Ketapanrame Zainal Arifin

Selain itu, Desa Ketapanrame yang telah terpilih sebagai desa super prioritas Desa Sejahtera Astra (DSA) tahun 2022 juga berdasarkan adanya rekomendasi dari perguruan tinggi. “Jadi melalui perguruan tinggi kita mendapatkan pendampingan hingga jaringan untuk memperluas kerjasama. Dan sekarang berbagai perguruan tinggi terus menawarkan kerjasama untuk pendampingan,” tutur dia.

Arifin mengakui, pendampingan tersebut sangat penting seiring berbagai perubahan yang mengiringi Desa Ketapanrame sebagai desa wisata. Salah satunya problem sampah yang semakin tinggi akibat peningkatan kunjungan wisata.

Keberhasilan mewujudkan Taman Ghanjaran juga menjadi pemicu dilakukannya ekspansi untuk unit usaha yang lain. Dengan menggunakan pola yang sama, akhir tahun 2021 lalu Desa Ketapanrame kembali membuka destinasi wisata berkonsep alam, yakni Sumber Gempong.

Destinasi ini juga didirikan di atas tanah bengkok seluas 4 hektar di Dusun Sukorame, Desa Ketapanrame. Untuk mengembangkan destinasi wisata sawah dan mata air pemandian ini, Pemerintah Desa Ketapanrame kembali membuka peluang para petani yang ingin berinvestasi dengan membeli saham.

“Khusus untuk Sumber Gempong ini kita batasi hanya boleh dibeli sahamnya oleh warga satu Dusun Sukorame saja. Sebab, warga di dusun ini belum ada yang memiliki saham di Taman Ghanjaran,” ujar dia.

Dalam penjualan saham, Arifin mengaku pihak desa hanya menargetkan terjual 500 lembar. Namun, dari 98 KK yang tertarik membeli saham akhirnya terjual 860 lembar atau total sebesar Rp 860 juta.

“Target kita memang kecil karena pengembangan wisata di Sumber Gempong ini tidak perlu pembangunan gedung. Sebab konsepnya sejak awal alami. Tapi ternyata animo warga juga sangat tinggi,” ujar dia.

Seperti halnya Taman Ghanjaran, destinasi wisata Sumber Gempong ini juga berhasil menarik antusias pengunjung. Bahkan jumlahnya lebih besar dari Taman Ghanjaran. Saat akhir pekan dan hari libur, kunjungan bisa mencapai 4.500 dalam sehari dan tidak pernah kurang dari 3.000 orang pengunjung.

“Alhamdulillah, kita kembali dapat membagikan hasil usaha ke masyarakat dengan nilai yang lebih besar dari pada di Taman Ghanjaran. Satu bulan bagi hasilnya bisa mencapai Rp 165 ribu per lembar saham. Kalau punya 10 lembar saham satu bulan dapat Rp 1.650.000,” rinci Arifin.

Dengan nilai bagi hasil yang cukup besar, wisata Sumber Gempong ini mampu BEP dalam kurun waktu kurang dari satu tahun. Dengan berbagai potensi wisata dan unit usaha yang dimiliki Desa Ketapanrame, tahun ini pasca Covid-19 BUMDes ditargetka mampu memperoleh pendpatan sebesar Rp 3,4 miliar.

“Mudah-mudahan bisa tercapai, karena tahun lalu kita target Rp2,5 miliar tercapainnya Rp 1,7 miliar. Yak arena buka-tutup faktor pandemi itu. Sekarang sampai Bulan Agustus ini sudah tercapai target Rp 2,6 miliar,” ujar Arifin.

Sementara itu, Direktur BUMDes Ketapanrame Herwanto menambahkan, tingginya antusiasme pengunjung baik di Taman Ghanjaran maupun Sumber Gempong tak lepas dari upaya promosi yang dilakukan baik melalui media sosial, media massa dan menjaga citra positif dari mulut ke mulut. Menurut dia, kenyamanan pengunjung wisata begitu penting agar mereka mau kembali lagi mengunjungi tempat wisata di kemudian hari.

“Kami juga selalu aktif merespon berbagai masukan dari netizen yang komentar di media sosial. Sehingga kami terus berbenah,” ujar dia.

Penambahan destinasi wisata juga dilakukan sebagai salah satu daya tarik wisatawan ke Desa Ketapanrame. Sebab, seperti di Kota Batu ketika masyarakat berkunjung kesana akan menemukan banyak pilihan tempat wisata. “Nah, Trawas ini harapannya bisa menyerupai Batu. Ketika masyarakat datang ke Trawas, pilihan wisatanya bermacam. Kalau dulu kan hanya air terjun Dlundung saja,” ungkap Herwanto.

Pengembangan destinasi wisata Sumber Gempong ini juga didasari karena faktor produktifitas pertanian yang kurang menggembirakan. Sebab, melimpahnya air dari mata air Sumber Gempong itu justru membuat kondisi persawahan seperti rawa. “Maka kita kelola potensi yang ada ini sebagai destinasi. Mata airnya digunakan untuk pemandian dan spot foto yang menarik, begitu juga sawahnya melengkapi nuansa wisata yang alami,” ujar Herwanto.

Strategi lain untuk menarik wisatawan ialah menjaga harga tiket wahana dan penjualan kuliner tetap terjangkau. Hal ini selain efektif menarik pengunjung juga efektif untuk mendorong pemerataan manfaat ekonominya. Misalnya dengan harga makanan yang murah, namun porsinya dikurangi lebih sedikit.

“Jadi pengunjung bisa mencoba lebih banyak pilihan makanan di pujasera. Dengan begitu semakin banyak pedagang yang merasakan manfaatnya,” terang Herwanto.

Dengan strategi itu, pemberdayaan dan pemerataan ekonomi pelaku usaha juga berjalan maksimal. Dari evaluasi yang dilakukan BUMDes, penjual tahu goreng saja bisa mendapatkan omset sekitar Rp 1 juta per hari pada hari biasa. “Kalau akhir pekan jelas lebih banyak. Nah, dari omset tersebut biasanya keuntungannya bisa mencapai 30 – 35 %. Ini kan jauh lebih tinggi nilai ekonomisnya dari menjadi buruh tani yang upahnya hanya sekitar Rp 50 ribu per hari,” tegas Herwanto.

Kemampuan Menangkap Peluang
Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati mengakui, Pemdes Ketapanrame, Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto berhasil menangkap berbagai peluang untuk pengembangan desanya. Sehingga pemerintah desa mampu membangun kemandirian ekonomi yang dibangun berbasis kerakyatan. Di samping itu, berbagai inovasi pembangunan desa telah berhasil megantar Desa Ketapanrame mengantongi segudang prestasi baik di tingkat regional maupun Nasional.

“Semua pencapaian ini karena Pemerintah Desa Ketapanrame pintar melihat peluang, yakni potensi desa di bidang pariwisata,” ujar Ikfina.

Branding ajakan wisata dengan tagline “Sobo Ketapanrame”, diharapkan mampu menaikkan pendapatan khususnya perekonomian masyarakat setempat. Untuk itu pihaknya ingin agar desa-desa lain bisa mencontoh Ketapanrame, sebagai potret sukses pemaksimalan potensi.

“Ketapanrame sangat luar biasa manajemennya. Baik dari prestasi, pencapaian maupun olah potensi. Pemerintah Kabupaten Mojokerto, berkomitmen untuk melaksanakan pembangunan dimulai dari desa, disertai penguatan ekonomi berbasis kerakyatan. Saya bersyukur karena banyak stakeholders yang turut membantu.

Dukungan pembangunan desa juga menjadi prioritas utama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Hal itu ditunjukkan dengan berbagai program prioritas yang telah digelontorkan untuk desa. Antara lain Pemberdayaan Usaha Perempuan (Jatim Puspa), Penguatan Permodalan BUMDESA (Paman Desa), serta program Desa Berdaya. Pada tahun 2021, DEsa Berdaya telah menjangka 548 desa dengan total anggaran kurang lebih Rp 48 miliar. Khusus Kabupaten Mojokerto, alokasinya mencapai sekitar Rp 2,4 miliar untuk 14 desa.

Rektor Universitas Surabaya (Ubaya) Dr. Ir. Benny Lianto, M.MBA.T. menegaskan Ubaya berkiprah ikut membangun desa-desa di Kecamatan Trawas melalui program-program pengabdian yang dikoordinir oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Ubaya.

Sementara itu, perkembangan Desa Wisata Ketapanrame tak lepas dari campur tangan kalangan akademisi. Rektor Ubaya Benny Lianto mengatakan, pihaknya terus berkomitmen melakukan pemberdayaan masyarakat di Jawa Timur. Ada 10 kabupaten kota yang menjadi fokus pengabdian Ubaya. Salah satunya Kabupaten Mojokerto. “Ubaya telah melakukan program-program nyata di Kabupaten Mojokerto, khususnya di Kecamatan Trawas, yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ubaya berkeinginan terus meningkatkan program-program tersebut baik secara kuantitas, maupun secara kualitas,” terang Benny Lianto.

Selanjutnya, dalam menjalankan program pengabdian masyarakat, Ubaya menekankan pada prinsip bahwa pengabdian masyarakat berbasis kebutuhan masyarakat atau wilayah, bermakna, sinergi dan berkelanjutan. “Program-program yang dilakukan oleh dosen-dosen Ubaya kami pastikan berdasarkan kebutuhan masyarakat, bukan kebutuhan dosen, sehingga program-program yang dilakukan sangat dirasakan oleh masyarakat,” papar Benny.

Sekretaris LPPM Ubaya Dr. Hazrul Iswadi menyatakan bahwa semua program dan kegiatan yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa Ubaya pada desa-desa di Kecamatan Trawas sangat berdampak kepada masyarakat baik secara sosial maupun ekonomi. Buktinya adalah beberapa tempat wisata seperti Taman Ghanjaran (Desa Ketapanrame), Sumber Gempong (Desa Ketapanrame), Kendhi Pitoe (Desa Selotapak), dan Sky Park Hill (Desa Kedungudi) menjadi hidup, berkembang, dan ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa-desa tersebut selama didampingi oleh program dan kegiatan dari Ubaya.

Kepala Desa Ketapanrame Zainul Arifin saat menerima penghargaan BUMDes terbaik Tahun 2020 dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Sumber foto: @ghanjaran_official

Inovasi Sarat Prestasi
Berbagai inovasi yang dilakukan Zainul Arifin untuk mengembangkan potensi wisata Desa Ketapanrame berbuah manis. Tidak hanya tetesan kesejahteran yang kian dirasakan masyarakat, namun juga prestasi yang terus mengalir dari berbagai pihak. Dalam setahun ini, berbagai predikat telah diraih Desa Ketapanrame maupun Zainul Arifin.

Antara lain sebagai 300 Desa Wisata Nusantara Tahun 2021 dan 2022 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Tokoh Inspiratif Pariwisata Kabupaten Mojokerto Tahun 2022, Desa Wisata Terbaik Kabupaten Mojokerto Tahun 2022, Wisata Alam Terbaik untuk Sumber Gempong Tahun 2022, dan BUMDes Terbaik dalam Community Development and Engagement BUMDes Award Nasional Tahun 2022.

“Tahun 2020 kami juga mendapat penghargaan dari Ibu Gubernur Khofifah berupa Juara I BUMDes Terbaik . Penghargaan ini tentu tidak membuat kami lekas puas diri. Justru menjadi pelecut untuk terus berinovasi mengembangkan potensi desa yang tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat desa,” pungkas Arifin. [tam]

Tags: