Caleg Stres, Psikolog Unair Bagikan Tips Menjaga Kesehatan Mental

Pakar Psikologi Universitas Airlangga, Atika Dian Ariana MSc MPsi.

Surabaya, Bhirawa
Pemilihan Umum (PEMILU) baru saja selesai. Pada kontentasi 5 tahunan ini, kerap ditemui fenomena caleg gagal yang menjadi stres. Karena hasil suara pemilihan tak sesuai harapan. Hal ini pun membuat para caleg stres dan kerap bertindak di luar nalar. Bahkan beberapa aksi tersebut membuat resah masyarakat.

Pakar Psikologi Universitas Airlangga, Atika Dian Ariana MSc MPsi menuturkan tidak jarang durasi video pendek di sosial media tersebar luas, seorang caleg yang sedang stres karena tidak mendapatkan suara.

“Stres secara umum adalah persepsi ketika seseorang menghadapi situasi yang tidak dianggapnya tidak dapat diatasi dengan sumber daya yang dimilikinya. Tekanan dan rasa malu itu muncul karena tidak terpenuhinya ekspektasi yang dimiliki sebelumnya,” jelasnya, Rabu (28/2).

Menurut Atika, persoalan yang begitu kompleks karena caleg nyatanya melibatkan banyak pihak, mulai dari keluarga besar, partai politik, rekan kerja hingga tim sukses. Ketakutan itu pun bisa bertambah jika pencalonan caleg menggunakan nilai material atau transaksi. Atika menyebut, perasaan gagal dan penurunan harga diri sering kali dapat diatribusikan kepada persepsi individu tentang karakter pribadinya sendiri.

Atika menambahkan, caleg yang gagal cenderung menarik kesimpulan negatif terhadap diri mereka sendiri, seperti merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup kapabilitas atau kompetensi untuk berhasil dalam politik. Belum lagi validasi lingkungan, kolom komentar netizen yang dikhawatirkan memberikan komentar negatif atau bullying.

Gejala seseorang yang sedang mengalami stres yaitu, perubahan pola makan, gangguan pola tidur, menarik diri dari lingkungan, perubahan perasaan sedih cemas yang signifikan dan respons fisik seperti gangguan pencernaan. Selain itu, gejala kognitif cenderung pelupa banyak yang dipikirkan dalam satu waktu, sulit berkonsentrasi, dan kurangnya fokus.

Dalam perihal kesehatan mental, Atika menekankan, pentingnya dukungan sosial dalam keadaan buruk. Diberi perhatian akan lebih memberikan rasa nyaman, lalu melakukan diskusi kecil dapat membantu mendapatkan perspektif berbeda sehingga menemukan solusi alternatif. Jika tekanan stresor yang berlangsung terus-menerus tanpa penanganan yang tepat, dapat menyebabkan penurunan kesejahteraan mental yang signifikan seperti depresi.

Menurutnya, strategi menjaga kesehatan mental dan fisik kurang lebih sama. Pola makan sehat, tidur yang cukup, latihan fisik olahraga, mengenal diri sendiri dengan lebih baik dapat membantu memahami kebutuhan, sadari batasan dalam diri, dan dukungan sosial yang tepat. Sebagai anak muda dihimbau untuk proaktif dalam mencari teman dan lingkungan yang sehat. Luangkan waktu untuk refleksi dan evaluasi diri secara berkala.

“Merawat diri dan menjaga kesehatan mental adalah hal yang sangat penting untuk kesejahteraan kita. Jika belum bisa memulihkan diri, sangat disarankan meminta bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater. Tidak tinggal diam dalam keterpurukan, karena itu bentuk wujud mencintai diri sendiri,” paparnya. [ina.why]

Tags: