Gaungkan Budaya Konsumsi Pangan Lokal

Saat ini semua wilayah tengah menghadapi cuaca ekstrim yang sangat mempengaruhi terhadap kondisi pertanian, salah satunya berkaitan dengan kurang maksimalnya hasil pertanian. Dan, fatalnya lagi ditambah pola konsumsi pangan masyarakat yang saat ini belum beragam dan bergizi seimbang. Fakta tersebut ditunjukkan dengan tingginya konsumsi karbohidrat khususnya beras dibandingkan dengan sumber pangan lainnya menyebabkan tingginya kebutuhan masyarakat akan beras.

Selain itu, adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat yang mendorong konsumsi pangan yang bersifat praktis (instan) menjadi penyebab tingginya permintaan akan pangan yang sebagian besar berbahan baku terigu. Hal ini pada akhirnya menjadi permasalahan tersendiri dalam penyediaan pangan bagi masyarakat dan secara intensif pemerintah perlu terus melakukan pengembangan pangan lokal untuk menjawab permasalah tersebut.

Oleh sebab itu, saatnya budaya ketahanan pangan lokal perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan semua pihak terkait. Pasalnya, untuk mengganti konsumsi nasi dengan alternatif pangan lokal seperti talas, ubi, jagung yang dapat dimodifikasi menjadi tepung dan aneka makanan yang kaya akan karbohidrat sama halnya seperti mengkonsumsi nasi. Mewujudkan pola konsumsi yang sehat dengan pangan lokal tentunya memerlukan kolaborasi dan komitmen lintas sektor termasuk dari pemerintah baik level pusat, maupun daerah, sektor swasta, private, akademisi, peneliti, komunitas, media dan masyarakat pada umumnya pemerintah dalam hal ini berperan dalam koordinasi penetapan kebijakan dan promosi pemanfaatan pangan lokal.

Merubah pola pikir masyarakat ke arah pola konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang bukanlah hal yang mudah, karena sangat dipengaruhi oleh budaya, selera, dan kebiasaan makan masyarakat. Untuk itu, sosialisasi dan promosi diversifikasi konsumsi pangan secara terus menerus sangat diperlukan. Semua pihak meski berupaya merubah perilaku konsumsi masyarakat dengan lebih banyak mengkonsumsi pangan lokal sebagai alternatif pengganti bahan pangan khususnya impor yang sulit dijangkau. Memang harus jujur diakui bahwa menggaungkan budaya konsumsi pangan lokal sangatlah dibutuhkan komitmen, sinergi dan kolaborasi bersama antara pemerintah, segenap pemangku kepentingan, dan elemen masyarakat dalam upaya membangun ketahanan pangan nasional.


Gumoyo Mumpuni Ningsih
Dosen FPP, Univ. Muhammadiyah Malang.

Rate this article!
Tags: