Jatim Akan Datangkan 450 Sapi Perah Asal Australia

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Tahun ini,  Pemprov Jatim melalui Dinas Peternakan Jatim berencana mendatangkan sapi perah sebanyak 450 ekor sapi perah dari Australia. Pasalnya, hingga saat ini produksi susu di Jawa Timur masih kurang dan dipenuhi dari impor.
Kepala Dinas Peternakan Jatim, Ir Maskur MM mengatakan, sapi perah impor tidak asal didatangkan. Sebab ada kriteria khusus yang harus dipenuhi. Diantaranya sapi harus memiliki kualitas sesuai protokol kesehatan ternak Indonesia dan mampu memproduksi susu mencapai 5.000-6.000 liter susu per laktasi atau selama pemerahan sekitar 300 hari.
“Jatim ini kekurangan 30 ribu ekor sapi perah untuk bisa mencukupi produksi susu bagi keperluan konsumsi dan industri pengolahan susu (IPS). Tiap tahun kami mengimpor 450 ekor sebagai stimulan agar ketergantungan impor susu perlahan bisa berkurang,” kata Maskur, Selasa (7/4).
Untuk bisa mencapai swasembada susu, lanjut Maskur, Jatim membutuhkan investasi mencapai Rp 1,2 triliun. Nilai itu setara untuk memenuhi 45 ribu ekor sapi perah produktif yang per ekornya seharga Rp 40 juta. Untuk bisa memenuhi kebutuhan sapi perah hingga 30 ribu ekor, lanjutnya, anggaran pemerintah tidak mungkin bisa mewujudkan hal tersebut.
Ia berharap peran dari pemerintah pusat melalui dana APBN dan pihak swasta bisa sangat membantu. Seperti IPS yang terus disarankan membeli sapi perah sendiri untuk memenuhi kebutuhan bahan baku susu untuk industrinya. Swasembada susu Jatim ditargetkan bisa tercapai selama 15 tahun sejak 2009.
Menurutnya, selama satu periode (2009-2014) dibawah kepemimpinan Gubernur Soekarwo, Pemprov Jatim mampu mendatangkan 6.500 sapi perah. Sapi perah yang dibeli Pemprov Jatim itu diberikan pada para peternak sapi perah.
Selain produksi susu yang lebih banyak mencapai 20 liter per hari, dibanding sapi lokal yang hanya 8 liter per hari, masa produksinya juga lebih lama. “Dengan produksi lebih banyak dan masa produksi lebih lama, diharapkan petani bisa mendapatkan harga lebih tinggi dan cakupan penjualan susunya lebih luas,” katanya.
Tak hanya mengandalkan dari bantuan pemerintah, Ia berharap adanya peran swasta yang diharapkan lebih mempercepat target swasembada. Misalkan saja, salah satu IPS swasta yakni PT Greenfield yang telah mendatangkan 10 ribu ekor sapi perah untuk memenuhi kebutuhan susu bagi industrinya.
“Kami berharap industri lain juga mengikuti upaya Greenfield, seperti Nestle, Indolakto dan yang lainnya juga. Ini perlu karena daya saing tidak hanya modal pemerintah,”  paparnya.
Jika dihitung produksi susu Jatim pertahun mencapai sekitar 410 ribu ton. Sedangkan jika dihitung rata-rata kebutuhan perharinya mencapai 1,7 juta liter. Dari produksi susu sapi di Jatim hanya di kisaran 1 juta liter per hari sehingga 700 ribu liter per harinya masih dipenuhi dari impor.
“Kalau untuk konsumsi masyarakat Jatim saja sebenarnya sudah cukup. Karena di Jatim banyak industri pengolahan susu yang butuh banyak susu untuk bahan baku, sehingga masih dianggap minus,” tuturnya. Sedangkan hasil dari susu olahan industri tersebut dipasarkan tidak hanya untuk Jatim tapi untuk kebutuhan nasional, bahkan ada pula yang diekspor. [rac]

Tags: