Pembangunan Monumen Raksasa Reog Segera Dimulai

Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, sebelum peletakkan batu pertama turun langsung melakukan sosialisasi sekaligus menyerap aspirasi dari masyarakat Sampung di Balai Desa Sampung, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo, Rabu (19/10).

Bupati Ponorogo Sosialisasi ke Warga Sampung

Ponorogo, Bhirawa.
Dalam menjalankan rencana pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban, Pemerintah Kabupaten Ponorogo tidak ingin meninggalkan masyarakat Sampung, lokasi dibangunnya proyek mercusuar ini.

Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, sebelum peletakkan batu pertama turun langsung melakukan sosialisasi sekaligus menyerap aspirasi dari masyarakat Sampung di Balai Desa Sampung, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo, Rabu (19/10).

“Kita sosialisasi sebentar lagi akan ada peletakan batu pertama Monumen Reog dan Museum Peradaban. Kita ajak tokoh agama, tokoh masyarakat, kepala desa, kepolisian, tentara, masyarakat sekitar, dan semua pemangku kepentingan untuk bermusyawarah,” ujar Sugiri Sancoko ketika ditemui selepas sosialisasi.

Saat ini, ungkap Sugiri Sancoko, detail engineering detail (DED) hampir tuntas. Dalam waktu dekat akan segera dilakukan lelang proyek pembangunan.

“Ini DED – nya sudah hampir mencapai titik final. Kemudian dari sini segera kita lelang secara multi years. Mudah-mudahan ada percepatan,” Kang Giri, sapaan akrabnya.

Sebelum pengerjaan berjalan ia ingin semuanya tuntas, terutama terkait dengan pekerja tambang yang sebelumnya menggantungkan hidup dari menambang gamping. Dua skema yang ia siapkan, yakni ketika pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban masih berjalan dan ketika sudah difungsikan menjadi objek wisata.

Ketika proses pembangunan berjalan, Kang Giri merumuskan limbah batu gamping sisa pembangunan bisa menjadi pemasukan mereka. Sedangkan ketika pembangunan sudah selesai, mereka akan menjadi bagian dari pelaku wisata di sana.

“Sebelum jadi proyek masih berjalan limbahnya bisa dipakai untuk mata pencaharian mereka. Paska proyek jadi, ini sudah kita mulai kelompok-kelompok kita habitkan dengan jajanan pasar, oleh-oleh, kerajinan tangan biar untuk melengkapi ekosistem wisata,” ucap Kang Giri.

Kang Giri berharap proses pembangunan segera bisa dilakukan. Mengingat Monumen Reog setinggi 126 meter ini diproyeksikan menjadi Landmark dan wisata pemikat Ponorogo. Karena itu, ia memilih unsur Reog yang sudah dikenal luas di Indonesia.

” Untuk naik kelas, kita harus punya pemikat. Kita memilih Reog untuk ditempatkan di sana karena sudah viral ya Reog. Orang ke Ponorogo punya alasan kuat,” ucapnya.

Terkait dengan lokasi pembangunan, ia menilai lokasi tersebut sangat strategis. Karena dekat dengan objek wisata kabupaten tetangga, yakni Telaga Sarangan Magetan, Tawangmangu, dan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri.

“Sampung itu gerbang barat daya wisata Ponorogo karena dekat dengan Sarangan, Tawangmangu, dan dekat dengan Jawa Tengah melalui Wonogiri. Jadi kita ciptakan daya tarik orang ke Ponorogo untuk melengkapi segi tiga emas wisata,” terangnya.

Ketika Monumen Reog dan Museum Peradaban berhasil menjadi pengungkit pariwisata Ponorogo, ia yakin banyak sektor ekonomi di Kota Reog merasakan efek positifnya.

“Wisata itu langsung nendang ke perekonomian daerah. Akan ada efek domino ekonomi yang luar biasa. Hotel laris, penginapan, produk UMKM, dan banyak sektor lainnya,” tandasnya. (yas.gat)

Tags: