Permainan Edukatif Cegah Anak dari Aksi Penculikan

Sindy Arista memberikan pendampingan kepada siswa PAUD untuk memainkan Ratokid yaitu permainan edukatif pencegahan aksi penculikan kepada anak-anak. [Diana Rahmatus S]

Ratiokid Media Pembelajaran berkonsep Smart Games
Kota Surabaya, Bhirawa
Suasana menyenangkan terlihat di ruang bermain Tempat Pembelajaran Anak (TPA) Rumah Ceria Universitas Surabaya (Ubaya), Selasa (15/1). Ekspresi riang terpancar dari anak-anak yang baru duduk di bangku PAUD saat memainkan Ratokid. Yakni permainan yang di desain untuk memberikan edukasi kepada anak sebagai upaya pencegahan penculikan dini. Hasil tugas akhir karya mahasiswa Sindy Arista ini, hanya bisa dimainkan untuk anak usia 5-8 tahun.
Diungkapkan mahasiswa Jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Ubaya ini, Ratokid memiliki dua makna kata penggabungan yang berbeda. Yaitu rapitore yang berarti penculik dari Bahasa Italia dan Kind (anak) dari Bahasa Jerman. Sementara fokus permainan yang ia desain adalah untuk mengedukasi anak-anak menghindari orang tak dikenal dimanapun mereka berada.
“Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak, jumlah kasus penculikan dan kehilangan anak meningkat dalam dua tahun terakhir. Tahun 2015, ada 87 kasus kemudian naik menjadi 196 kasus di tahun 2017. Data tersebut yang mendorong saya pada tahun 2018 untuk membuat Ratokid, guna mencegah kasus penculikan anak di Indonesia,” cerita mahasiswi yang saat ini tengah menjalani sidang tugas akhir ini.
Gadis kelahiran Surabaya, 29 September 1997 ini menambahkan, ada tiga tema permainan yang berbeda yang dapat diamainkan oleh 2-4 anak. Yaitu tema sekolah, rumah dan taman bermain lengkap dengan pernak-penik yang lucu dan berwarna menggemaskan. Namun, yang membedakan adalah fungsi dari masing-masing tema.
“Kalau untuk set rumah ini fungsinya mengajarkan anak-anak untuk melindungi diri di lingkungan rumahnya sendiri. Dengan menggunakan pion-pion ini. Sedangkan untuk sekolah dan taman bermain fungsinya sama yaitu menyusun jalan dan mencari arah jalan pulang,” jelas dia.
Pembuatan Ratokid sendiri merupakan hasil survei yang ia lakukan di beberapa sekolah mengenai edukasi pencegahan penculikan yang diberikan ke siswa. Dari hasil survei, di dapat bahwa sekolah-sekolah tersebut belum memberikan pengajaran khusus untuk memahamkan anak dengan situasi penculikan.
“Poinnya kita ajarkan mereka untuk menghindari orang asing dan mengenal lingkungan keluarganya. Yang banyak kan hanya pencegahan secara lisan,” papar putrid pasangan Suhartono Sukuwandono dan Devi Susanti Tanuwidjaja.
Diakui Sindy, permainan Ratokid memiliki model yang sama dengan board games, hanya saja dirinya menerapkan konsep smart games dalam permainan Ratokid. Sindy menguraikan, tidak banyak yang berbeda dengan model permainan yang ia usung. Hanya saja, pion yang digunakan bisa di ganti menggunakan foto anak. Selain itu visual permainan bisa memperkuat karakter temanya.
Dalam memainkan Ratokid, perempuan berkacamata ini menjelaskan, jika pemain lebih dahulu memilih set lokasi dan level permainan yang ingin di mainkan. Level permainan disediakan mulai 1 hingga 20. Kemudian, setiap pemain mendapatkan karakter yang bisa menampilkan foto wajahnya dan menggunakan topi biru atau merah muda. “Karakter orang tak dikenal dapat ditampilkan melalui foto-orang asing menggunakan topi berwarna hitam,” imbuh dia.
Setelah itu, sambung dia, pemain harus memasang pola jalan agar karakternya sampai ke rumah dengan menghindari orang tak dikenal. Ketika berhasil sampai kerumah, pendamping akan memberikan pemahaman kepada anak-anak mengenai situasi yang mereka telah mainkan sebelumnya.
“Setalah saya uji cobakan ke anak-anak PAUD mereka paham apa akan dilakukan ketika menemui situasi itu. Ya mudah-mudahan mereka paham dan cepat mengerti untuk menghindari aksi penculikan,” jelas dia.
Kendati banyak diminati anak-anak, Sindy mengatakan jika ada beberapa yang harus diperbaiki dari media pembelajaran Ratokid. Seperti pemilihan materkal dan warna dalam permainan. Selain itu ia berencana akan menambahkan karakter pion.
Sementara itu, dosen Desain Produk Fakultas Industri Kreatif sekaligus dosen Pembimbing, Wyna Herdiana mengatakan jika pihaknya berencana akan membuat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dari Ratokid yang dibuat oleh mahasiswanya. Mengingat, permainan yang dirancang dengan konsep smart games ini memiliki manfaat yang lebih bagi anak-anak usia dini. Terlebih pihaknya baru menemui media edukatif terkait pencegahan dini aksi penculikan.
“Melalui permainan ini dapat melatih motorik anak, meningkatkan pola berpikir saat menyusun track menuju ke rumah. Selain itun juga meningkatkan sosialisasi dengan teman maupun pendamping permainan termasuk orang tuanya sendiri,” pungkasnya. [Diana Rahmatus S]

Tags: