Sekolah Ambruk, Siswa Ngungsi Belajar

Kondisi TK Kusuma di Jagir Sidosermo VI nomor 15 nyaris tak berbentuk setelah diterpa hujan lebat. [adit hananta utama/bhirawa]

Kondisi TK Kusuma di Jagir Sidosermo VI nomor 15 nyaris tak berbentuk setelah diterpa hujan lebat. [adit hananta utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Dinas Pendidikan (Dindik) kota Surabaya tampaknya harus lebih jeli memperhatikan sarana prasarana di satuan pendidikan. Khususnya bagi sekolah-sekolah swasta, salah satu kejadian terakhir adalah ditemukan sekolah tanpa bangku dan kursi,. Kini kembali ditemukan sekolah ambruk akibat hujan di Jagir Sidosermo VI nomor 15.
Sekolah yang ambruk itu adalah  TK Kusuma yang saat ini tercatat menaungai 25 peserta didik. Akibatnya, para siswa harus mengikuti proses belajar mengajar di teras atau garasi warga. Guru TK Kusuma Fauziah mengungkapkan, sekolah yang berdiri tahun 2003 itu hancur akibat hujan deras pada Senin siang (8/2).
“Kejadiannya sekitar pukul 12.00 siang. Waktu imlek itu lho yang hujannya deras. Anak-anak libur,” kata Fauziah.
Sekolah berukuran 6 x 15 meter itu nyaris tak berbentuk.  Atap sekolah ambruk dan hanya tersisa puing-puing bangunan yang runtuh. Arena bermain anak-anak juga sudah hancur tertimpa reruntuhan kayu bekas rangka bangunan. Sehingga, anak-anak tidak bisa lagi bermain dan belajar.
Sebenarnya pihak sekolah sudah bisa memprediksi bahwa sekolahnya akan ambruk dalam waktu dekat. Sebab, kayu rangka bangunan sudah keropos dimakan rayap. Ketika proses belajar mengajar, seringkali terdengar suara ‘krek’ pertanda kayu rapuh. Namun, sekolah tetap bertahan karena jumlah siswa yang cukup banyak dan belum adanya bantuan pembangunan dari Dindik kota.
Menurut informasi, TK itu dibangun dari anggaran Dindik tahun 2003 dengan anggaran Rp 100 juta. Sayangnya, setelah itu tidak ada anggaran perawatan sehingga dari tahun ke tahun kondisi bangunan rusak.
“Bentar lagi sekolah sudah dibangun lagi kok. Ini tukangnya sudah siap ngebut bangun,” tutur Fauziah.
Melihat kondisi sekolah semacam itu Dindik Surabaya menyarankan adanya bantuan dari personal, swasta ataupun lembaga lain. Ini mengingat lamanya proses penganggaran rehab sekolah dan pemenuhan sarana prasarana jika hanya mengandalkan dari pemerintah.
Proses hibah dan penganggaran dari pemerintah harus melewati banyak tahapan dan membutuhkan waktu pengajuan setahun sebelumya. “Kalau mau mengajukan sekarang, akan ditinjau sekarang. Baru di rencanakan usulan anggarannya akhir tahun, baru tahun depannya terealisasi,” ujar Kepala Dindik Surabaya Ikhsan.
Sehingga, untuk keadaan darurat seperti sekolah yang ambruk atau sarana sekolah yang mendesak. Dindik Surabaya menawarkan untuk mencari bantuan dari lembaga atau personal. “Kalau ada masyarakat yang mau. Dindik tidak ngecas biaya atau administrasi apapun. Kami hanya menghubugkan,” tuturya.
Menurutnya hal ini sudah sering terjadi, pihak ketiga bahkan biasanya menghubungi Dindik untuk memberikan bantuan bagi sekolah yang membutuhkan. Hanya saja selama ini Dindik banyak terfokus pada sekolah negeri.
“Kalau sekolah swasta biasanya bisa langsung minta hibah ke Pemkot atau lewat hibah Jaring Aspirasi Masyarakat (Jasmas),”tegasnya.
Iapun memohon maaf belum bisa memenuhi sarana prasarana semua sekolah secara menyeluruh. Namun, ketika ada laporan pihaknya akan melakukan respon yang cepat dan tanggap untuk penyelesaian masalah. Baik mencarikan donator atau membantu pengajuan hibah. [tam]

Rate this article!
Tags: