Tim Aidex Wanala Unair dan Cerita dari Puncak Denali

Pada waktu untuk summit hanya tersisa beberapa jam cuaca cerah.  Sehingga untuk lebih mengefektifkan kondisi waktu summit diputuskan dua plan attack summit dengan dua tim summit. Tim pertama Roby dan Yasak, namun apabila gagal menuju summit plan kedua Faish dengan Guide (pemandu) untuk menuntaskan.
Cuaca dingin dan kecepatan angin yang mencapai 50 mph  membuat suhu mencapai minus 55 derajat celsius. Ditambah lagi ketebalan salju mencapai selutut yang membuat beban seberat 5-7 kg seolah – olah menjadi 20 kg. Akhirnya dengan terpaksa tim meninggalkan barang dengan ditimbun dalam salju dan ditandai tiang.  Beberapa barang diantaranya logistik, bahkan ice axe.
Selang beberapa waktu angin bertiup semakin kencang disertai kabut yang menutup pandangan mata. Cuaca ekstrem ini mengakibatkan Roby dan Yasak sudah tidak dapat merasakan beberapa bagian tubuhnya. Rasa lelah, putus asa, dan pasrah sudah menghantui. “Kaki sudah tak bisa melangkah dengan benar, bahkan beberapa kali terpelosok dan jatuh dalam tumpukan salju yang dingin, rasa menggigil dan tanpa bicara apa pun,” kata Wahyu.
Suasana hening, hanya gemuruh angin, gigi yang bergesekan serta mulut dan hidung yang memutih terkena salju, dan mata yang sudah tidak fokus. Rasanya hanya ingin tidur, ingin memejamkan mata dengan lelap. Hal itu diungkapkan Roby kepada manajernya.
Saat itu Roby sebagai atlet dengan tubuh terkecil hampir selalu terbenam salju. Tebalnya salju mencapai pahanya dan  tenaga cukup banyak dikeluarkan untuk mengangkat kaki keluar dari tumpukan salju. Tapi semangatnya digugah setelah mendengar kata Yasak yang terbata-bata “Bismillah Roby, selama masih bernafas, ini demi almamater kita terhormat seumur hidup apa malu seumur hidup, kamu pasti bisa Roby. Sebut nama ibu dan ayahmu” cerita Wahyu.
Ibu dari Roby terus menghubungi manajer ekspedisi tiap satu jam menanyakan bagaimana kondisi anaknya. Dia khawatir akan kondisi anaknya.
Dengan kesabaran, kegigihan, ketabahan tim akhirnya berhasil menginjakkan puncak. Mereka pun berteriak melepas lelah dan penuh syukur. Selama 39 menit mereka habiskan waktu di puncak dengan mengibarkan bendera Merah Putih, Universitas Airlangga dan WANALA.

Tags: