Waspada Cuaca Ekstrem

Berkendara di tengah cuaca ekstrem.

BMKG telah memberi warning cuaca tidak bersahabat, udara diliputi mendung hitam di-iringi gelegar petir. Bisa menyebabkan bencana hidro-meteorologi pada kawasan dataran tinggi. Serta menjadi badai di laut. Warning cuaca ekstrem akan terjadi pada seluruh daerah (38 kabupaten dan kota) se-Jawa Timur. Terutama di Kawasan pesisir utara (Tuban sampai Probolinggo), dan kawasan selatan (Klayar sampai Muncar). Seluruh Syahbandar wajib mematuhi peringatan cuaca BMKG.

Seluruh daerah di Jawa Timur sedang mengalami puncak musim hujan. Biasa diikuti cuaca ekstrem hingga pekan ketiga Pebruari 2023. Setelah suasana La-Nina melemah, akan menyusul gelombang Kelvin, dan MJO (Madden Julian Oscillation). Potensi curah hujan akan meningkat ekstrem. Analisis BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) stasiun Juanda, juga mendeteksi pergerakan siklon tropis Freddy. Siklon yang mempertemukan massa udara di langit Jawa Timur, bisa meingkatkan pertumbuhan awan.

Cuaca ekstrem harian, mulai unjuk gejala ancaman bencana. Hujan disertai angin kencang, bisa tiba-tiba menyergap kawasan lokal, saat siang menuju sore. Tak jarang, tanah di perbukitan luruh terseret aliran air. Terasa makin pedih dengan kehilangan kerabat menjadi korban jiwa dampak bencana banjir dan longsor (seperti terjadi di kawasan Malang selatan).

Cuaca di laut bisa sangat membahayakan untuk pelayaran. Bisa “menelan” kapal berbobot kurang dari 3000 DWT. Kawasan pelabuhan seyogianya melakukan jeda operasional. Syahbandar wajib melarang setiap kapal berlayar. Tak terkecuali kapal logistik pembawa bahan pangan (dan BBM, Bahan Bakar Minyak). Pelayaran antar pulau, “istirahat” sejenak. Bisa dimanfaatkan untuk perbaikan (perawatan) kapal. Terutama bagian baling-baling.

Cuaca buruk (yang rutin) setiap puncak musim hujan, selalu menjadi periode “jeda” perekonomian. Nelayan bisa istirahat, sembari memperbaiki jala, dan penguatan lambung perahu. Motor tempel juga perlu perbaikan mencegah korosi (karat) karena digerogoti air laut. Konsekuensinya, ikan hasil tangkapan akan menyusut. Biasanya, konsumsi ikan laut akan digantikan ikan budidaya.

Jeda ke-ekonomi-an karena cuaca juga dialami di darat. Sektor pertanian (dan perkebunan), serta peternakan tak kalah mengkhawatirkan. Banjir dan longsor mulai menyergap beberapa daerah sentra tanaman pangan. Panen buah tidak menggembirakan. Tetes air hujan yang menembus kulit buah menyebabkan fermentasi lebih cepat, berakibat pembusukan. Begitu pula sayur dan aneka tanaman bumbu: cabe, bawang merah, tomat, sawi, brokoli, semuanya sangat rentan terhadap guyuran hujan.

Nampaknya, petani telah berkaca pada musim lalu, siaga pada puncak musim hujan. Produksi pertanian di-selaras-kan dengan musim untuk mengurangi kerugian. Itu yang menyebabkan kalangan eksportir tergiur, mendatangkan sebagian bahan pangan dari luar negeri. Misalnya, aneka buah (terutama apel, jeruk, dan pisang). Serta rempah-rempah, antara lain jahe, bawang putih, dan lada. Namun juga masih menghadapi kendala distribusi karena jalur darat terendam banjir.

Realitanya, kenaikan harga menyebabkan menyusutnya omzet. Karena konsumen enggan membeli pangan dengan harga mahal. Berdasar catatan BI (Bank Indonesia), inflasi bulanan pada Januari 2023 tercatat sebesar 0,34%. Kenaikan harga dimotori kenaikan harga beras, dan minyak goreng bersubsidi. Pemerintah wajib menjaga stabilitas, serta tiada pedagang ber-spekulasi menaikkan harga.

Sebenarnya tiada bencana hidro-meteorologi yang datang tiba-tiba. Melainkan dengan tanda-tanda alam yang bisa dipahami. Namun di-abai-kan. Selalu terdapat “warning” berupa kerusakan lingkungan bertahap. Terutama keadaan kawasan hulu (perbukitan), karena alih fungsi hutan menjadi tanaman pendek (kopi, teh, cabai, dan umbi-umbian). Maka potensi longsor bagai tinggal tunggu waktu. Tanah longsor bisa menimpa rumah di perdesaan. Sekaligus menutup sawah ladang.

——— 000 ———

Rate this article!
Waspada Cuaca Ekstrem,5 / 5 ( 1votes )
Tags: