Daging Sapi Terjangkit PMK Aman Dikonsumsi

Petugas menyemprotkan cairan disinfektan ke kendaraan hewan ternak yang masuk ke PHT Tulungagung, Rabu (11/5).

Asal Daging Dilayukan Lebih Dulu
Surabaya, Bhirawa
Beberapa hari terakhir hewan ternak di beberapa wilayah Jatim terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Paling banyak terjadi pada Sapi di beberapa di Lamongan, Sidoarjo, Gresik dan Mojokerto. Hal ini pun menimbulkan kekhawatiran di masyarakat akan konsumsi daging sapi karena takut tertular.
Divisi Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (FKH Unair), Prof Dr Mustofa Helmi, drh., DTAPH memastikan jika daging dari sapi yang terjangkit PMK aman untuk dikonsumsi.
Asalkan melalui proses pelayuan lebih dahulu. Yakni metode dengan cara daging digantung untuk menurunkan Ph dari daging. Dalam proses ini akan terjadi enziminasi secara otomatis yang akan mampu menurunkan kontaminasi dari virus PMK.
“Jadi aman dikonsumsi masyarakat. Sebetulnya tanpa dilayukan dan langsung dimasak bisa saja, mati semua virusnya. Tapi kan tangan akan mudah tercemar,” urainya, Rabu (11/5) dihubungi Bhirawa.
Dalam kasus ini, Prof Mustofa menjabar penyakit mulut dan kuku (PMK) sifatnya sangat menular. Bahkan tingkat penularan kesesama hewan mencapai 100 persen. Namun untuk tingkat penularan pada manusia sangatlah rendah. Karena tergolong virus nonzoonosis.
Adanya virus PMK, sebutnya, disebabkan oleh virus Foot and Mouth Disease (FMD) dan Apthtae Epizooticae. “Ciri-ciri (hewan jika terjangkit) adalah melepuh pada mulut sapi, kemudian juga teracak itu kakinya sapi atau melentung-melentung,”
Menurut Wakil Dekan 3 bidang Kerjasama dan Publikasi FKH Unair ini adanya PMK sangat merugikan secara ekonomi. Misalnya jika penyakit tersebut menyerang sapi perah, maka produksi susu akan menurun drastis sehingga masyarakat akan rugi banyak. Tetapi jika menyerang sapi daging maka akan terjadi kesulitan makan dan menyebabkan kekurusan. “Dampaknya nilai jual jatuh,” tambahnya.
Dijelaskan Prof Mustofa, Virus PMK merupakan suatu virus jika menyerang hewan sapi dapat sembuh sendiri. Saat hari ke-14 sampai 21 terlewati akan terjadi tingkat kebaikan kesembuhan. “Sudah sembuh sudah membaik. Jadi, tingkat mortalitas sangat rendah untuk sapi dewasa,” katanya.
Hal itu berbeda jika PMK menyerang anak sapi yang usianya enam bulan. Tingkat moralitasnya (kematian) sangat tinggi mencapai 50-60 persen. Ini disebabkan, karena virus pada anak sapi tidak hanya menyerang teracak kaki, tetapi mampu menembus miocardium otot jantung dari anak sapi, sehingga jika anak sapi mati terdapat bercak pada jantungnya.
Dalam penangananya, meskipun PMK masih menjadi kajian berbagai pihak, namun Prof Mustofa menilai ada dua cara yang bisa dilakukan. Yakni dengan membuat vaksi dari isolat lokal dan menggunakan desinfektan terhadap hewan terjangkit.
Selanjutnya, bagi hewan yang terjangkit harus dikarantina agar tidak menyebarkan virus ke hewan ternak lainnya. Dengan begitu penyabaran bisa terkontrol.
Sementara itu Dinas Peternakan (Disnak) dan Kesehatan Hewan (Keswan) Kabupaten Tulungagung menindaklajuti kewaspadaan dini penularan PMK pada ternak dengan melakukan penyemprotan cairan disinfektan di Pasar Hewan Terpadu (PHT) Tulungagung, Rabu (11/5).
“Penyemprotan atau disinfeksi itu sebagai antisipasi dini agar ternak yang masuk pasar steril dari virus,” ujar Kepala Disnak dan Keswan Tulungagung, Mulyanto, yang turun langsung ke PHT yang berlokasi di Kecamatan Sumbergempol.
Menurut dia, penyemprotan tidak hanya dilakukan pada hewan yang masuk ke PHT, tetapi juga berikut kendaraan yang mengangkutnya. “Semua kendaraan dan ternak semuanya disemprot. Ini supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” paparnya.
“Sejauh ini belum ada temuan (PMK) di Tulungagung. Dan mudah-mudahan seterusnya juga aman,” sambungnya.
Soal larangan masuk hewan dari daerah terserang PMK, Mulyanto menyatakan hal itu sudah otomatis. “Daerah yang outbreak dilarang masuk ke Tulungagung, termasuk daerah yang suspek pun sementara di larang masuk. Sementara ini sembari menunggu perkembangan apakah daerah suspek itu nanti dinyatakan aman atau tidak, kami menunggu perkembangan,” paparnya lagi.
Disis lain, sejumlah pedagang di PHT Tulungagung mengaku penjualan hewan ternaknya masih normal-normal saja. Tidak terpengaruh dengan pemberitaan serangan PMK yang terjadi di sejumlah daerah di Jatim.
“Masih normal saja. Tidak ada penurunan. Pada pasaran pahing minggu lalu, bawa 13 ekor sapi yang laku 10 ekor. Sekarang pagi sudah laku empat ekor,” beberTrimo, salah seorang pedagang asal Kecamatan Kalidawir. [ina.wed.wwn]

Tags: