Kisah Hijrah Seorang Preman

Judul : Hijrah Bang Tato
Penulis : Fahd Pahdepie
Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, Oktober 2017
Tebal : 246 Halaman
ISBN : 9786022904334
Peresensi : Untung Wahyudi
Diresensi Untung Wahyudi, lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya 

Apa yang ada dalam pikiran kita melihat seseorang dengan tato di sekujur badan? Preman, ahli kriminal, begal, dan sebutan lain yang dekat dengan kejahatan mungkin akan terlontar. Hal itu wajar terjadi karena, selama ini masyarakat sudah punya stigma buruk bahwa, orang bertato pasti dekat dengan dunia kejahatan atau kriminal.
Tak ada yang bisa menyalahkan orang jika memiliki pandangan buruk terhadap sosok preman atau orang bertato di seluruh tubuh. Tapi, dalam buku Hijrah Bang Tato karya Fahd Pahdepie, pembaca akan berkenalan dengan sosok mantan preman yang hijrah demi masa depan.
Lalan, tokoh yang dalam novel ini akrab disapa Bang Tato, dulu memang sosok preman yang ditakuti dan disegani oleh preman-preman lainnya. Dia tak segan untuk memaksa, memukul, menyita, bahkan menyakiti orang lain demi memenuhi kebutuhannya.
Namun, sejak memutuskan untuk melamar Nurmah, putri seorang ustaz, Lalan bertekad untuk benar-benar lepas dari dunia hitam yang pernah diterjuninya. Dia sekarang benar-benar ingin mengabdikan hidupnya untuk berbuat baik kepada sesama, menafakahi anak dan istrinya, juga ingin menyadarkan teman-temannya yang dulu bejad karena dirinya (hlm. 32).
Fahd menjelaskan, Bang Tato adalah sosok yang bersungguh-sungguh untuk berubah. Tekadnya begitu kuat untuk benar-benar meninggalkan dunianya yang kelam. Sejak pertama kali bertemu dengan Bang Tato, penulis novel laris Jodoh ini sudah tertarik dengan sosok Lalan. Fahd merasa, Lalan adalah sosok yang dikirim Tuhan dalam hidupnya. Ia tak ragu jika suatu saat akan membantu atau memberinya fasilitas pekerjaan layak untuk Bang Tato.
Bagi Fahd, sosok Lalan yang penuh dengan tato itu mengingatkannya pada sosok Mang Ileung, sopir keluarganya yang juga bertato. Banyak orang bertanya-tanya waktu itu, kenapa ayahnya mempekerjakan seorang sopir bertato, sementara ayahnya adalah sosok yang kharismatik dan sering mengisi ceramah. Keterangan yang disampaikan ayahnya, membuat Fahd sadar bahwa, di balik sosok sangar seorang bertato, ada sifat baik dan melindungi bagi orang lain. Karena itulah, bertemu Lalan, Fahd tidak ragu untuk merekrutnya sebagai salah seorang karyawan (hlm. 112).
Setelah melalui proses pembelajaran, juga jatuh-bangun Lalan membangun usaha kuliner dengan modal dari Fahd, akhirnya ia memutuskan untuk menjadikan Lalan sebagai kasir sekaligus barista di Babershop yang didirikannya. Semula, banyak orang melihat hal itu sebuah keanehan. Bagaimana mungkin sosok bertato dijadikan sebagai kasir sekaligus barista, sementara di sana adalah tempat berkumpulnya orangtua dan anak?
Lewat sosok Lalan, Fahd ingin mengenalkan pada masyarakat bahwa, tak seharusnya masyarakat melihat sesuatu atau seseorang dari kulit dagingnya saja. Bahwa setiap orang di dunia ini memiliki masa lalunya masing-masing. Setiap orang baik punya masa lalu, dan setiap orang jahat memiliki masa depan. Maka, mereka berhak untuk menjalani kesempatan kedua dalam hidupnya.
Kisah heroik seorang Lalan ini bukan sekadar kisah biasa. Sosok Lalan adalah nyata yang bisa ditemui langsung di Barbershop milik penulis di BSD Tangerang. Sementara, di luar tentu lebih banyak sosok-sosok seperti Bang Tato yang mungkin masih berasyik-masyuk dengan dunia kriminal, atau yang juga melalui proses metamorfosis sebagaimana dijalani Bang Tato.
Dalam novel 246 halaman ini, penulis secara eksplisit mencoba menyadarkan publik bahwa, tak semua yang tampak buruk di luar itu juga buruk di dalam. Dengan bergaul, bertemu langsung dengan mereka, kita akan tahu bagaimana kisah hidup sebenarnya. Orang yang terjun ke dunia kriminal, pemabuk, pemakai narkoba, dan sebagainya, biasanya orang-orang yang merasa dirinya tidak lagi bermanfaat di masyarakat. Latar belakang mereka terjun ke dunia hitam ada yang karena broken home, atau orangtuanya berpisah sejak mereka masih anak-anak. Atau, oleh sebab lain yang belum kita ketahui.
Karena itu, jangan terlalu dini menilai seseorang dari kulit luarnya, apalagi sampai mengatakan bahwa orang-orang seperti sosok Bang Tato tidak pantas untuk kembali ke jalan yang benar. Siapalah manusia yang berhak menghakimi hamba-hamba Tuhan di muka bumi ini? Menghakimi manusia lain sebagai kafir atau sesat bukanlah tugas manusia, karena Tuhan memberi kesempatan kepada manusia untuk bertobat dan kembali ke jalan yang lurus dan benar.

———– *** ————

Rate this article!
Tags: