Menguji Efektivitas Nyamuk Wolbachia

Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair

Saat ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan tengah menerapkan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di sejumlah wilayah di Indonesia. Harus diakui ancaman DBD merupakan siklus tahunan di berbagai wilayah di Indonesia terutama saat pergantian musim kemarau ke musim penghujan dimana ditandai dengan timbulnya genangan-genangan di sejumlah titik yang menjadi sumber perkembangbiakan nyamuk aedes aegypty atau dikenal dengan nyamuk penyebar penyakit demam berdarah yang berpotensi berkembang menjadi kejadian luar biasa (KLB) BDB. Walau strategi program yang lama tetap menjadi Upaya pencegahan dan penanganan seperti PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), 3M yakni Menguras, Menutup dan Memanfaatkan/Mendaur ulang barang bekas plus antara lain : memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, gotong royong membersihkan lingkungan, memeriksa tempat-tempat penampungan air, meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup, memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancer dan menanam tanaman pengusir nyamuk.

Bahkan secara nasional pemerintah telah merilis strategi nasional dimana merupakan roadmap penanganan DBD secara komprehensif Namun demikian kasus DBD hingga saat ini masih merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat setiap tahunnya sehingga dibutuhkan inovasi dan terobosan secara berkelanjutan. Dari perspektif pencegahan terdapat dua cara yaitu yang pertama dengan vaksinasi agar terjbentuk kekebalan dalam tubuh ketika digigit nyamuk aedes aegypty dan yang kedua adalah dengan “memandulkan” nyamuknya melalui jenis wolbachia. Jadi pencegahan merupakah Upaya dari sisi hulu adalah dengan vaksinasi dan Wolbachia sehingga mampu mengurangi risiko perawatan dan pengobatan jika jatuh sakit. Metode tersebut merupakan upaya pendekatan biologisi melalui sentuhan inovasi teknologi dimana memerlukan ujicoba hingga benar-benar dimanfaatkan secara luas.

Wolbachia vs Virus Dengue
Wolbachia adalah bakteri alami yang umum ditemukan di hewan arthropoda atau serangga, dan mampu menghambat replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Hasil penelitian di Yogyakarta membuktikan bahwa teknologi ini mampu menurunkan 77 persen angka kejadian kasus dengue dan mengurangi penderita masuk rumah sakit (perawatan) di rumah sakit adalah sebesar 86 persen. Kementerian Kesehatan telah mengadopsi teknologi Wolbachia dengan melakukan pilot project di 5 (lima) kota yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang serta telah diperkuat dengan legalisasi Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue. Adanya pilot project teknologi Wolbachia di lima kota percontohan tersebut adalah menjadi momentum untuk menunjukkan bahwa pengendalian dengue dapat berhasil bila menjadi komitmen bersama semua pihak antara pemerintah pusat dan daerah, mitra pembangunan, NGO dan akademisi termasuk awak media sebagai juru sebar informasi ke masyarakat luas.

Menurut penelitian ditemukan bahwa wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia. Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok. Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung Wolbachia. Memang dibutuhkan penelitian dan ujicoba untuk benar-benar yakin bahwa strategi inovasi tersebut dapat dimanfaat untuk kepentingan dan kemashalatan kesehatan masyarakat, termasuk antisipasi dampak ikutan yang berpotensi mumcul sehingga menimbulkan permasalahan baru. Dalam kondisi tersebut aspek komunikasi yang efektif melalui sosialisasi masif dibutuhkan agar tidak terjadi kegaduhan dan kecemasan masyarakat terhadap hal-hal yang baru termasuk menangkal issue-isue atau kesimpangsiuran informasi atau hoax ditengah-tengah masyarakat luas. Mudah-mudahan dengan inovasi tersebut dapat mengurangi beban masyarakat dengan menekan risiko kejadian DBD setiap tahunnya.

———- *** ———-

Rate this article!
Tags: